Lihat ke Halaman Asli

Berdakwah dengan Tidak Kasar

Diperbarui: 22 Januari 2022   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bbc indonesia

Kita bersyukur bahwa kita hidup di negara besar dengan mayoritas beragama islam dengan berbagai organisasi masyarakat keagaamaan yang bersikap baik kepada umat lain. Toleransi dan sikap yang lembut ditunjukkan oleh mereka dan umat yang dinaunginya.

Namun memang tidak bisa dipungkuri memang ada beberapa ormas yang memiliki prinsip berbeda dalam mengajarkankan dan menyebarkan Islam. Seperti kita tahu pelaku pembuangan sesajendi daerah Pronojiwo yaitu HF bernaung dalam ormas tertentu yang punya konsep dakwah yang keras terhadap ajaran islam. Mereka cenderung tidak mentolererir ibadah umat lain.

Sehingga sikap arogan dan kasar yang ditunjukkan oleh HF dengan membuang dan menandang sesajen yang berada di pura kecil dan bebatuan di dekat lereng Semeru sejatinya adalah dakwah yang dilakukan oleh HF. 

Itu adalah cerminan dakwah ormas yang diikutinya yang mungkin kurang cocok berkembang di Indonesia yang penuh keberagaman tidak saja etnis dan keyakinan.

Seseorang bisa saja teguh pada agama dan keyakinan yang dipeluknya, namun dia juga harus paham bahwa di sekelilingnya belum tentu sama dengannya. 

Sang pemilik toko di ujung gang bisa saja beragama Budha atau distribustor resmi barang dagangannya beragama Katholik. Dan keyakinan teman-teman anaknya mungkin juga ada yang berbeda dengannya.

Karena itu konsepnya menyebarkan agama dan berdakwah memang harus menyesuaikan dengan sekeliling yang beraneka itu. Seseorang dan ormas yang bersangkutan harus mengubah caranya berdakwah konsep dakwah sebaiknya tidak brutal, tidak main kasar. Konsep dakwah yang baik perlu proses dan tahapan-tahapannya.

Di daerah Pronojiwo memang banyak peninggalan ajaran jawa kuno termasuk Hindu. Merka menyembah Allah atau yang mereka percayai dengan cara yang berbeda dengan kita. 

Konsep dewa yang menghuni gunung, sungai, angin dll berada d di wilayah itu, sehingga sesaji demi "meredam kemarahan dewa yang berdiam di Semeru" merupakan sesuatu yang wajar bagi mereka dan mungkin sangat berbeda dengan ajaran islam itu. Meski secara konsep ajaran Islam benar, namun tindakan membuang dan melempar sesajen itu adalah satu tindakan yang tidak patut dilakukan.

Salah satu pengurus Majelis Ulama Indonesia daerah mengaku sudah dihubungi oleh pengurus ormas tempat HF terdaftar sebagai anggota. Mereka berjanji akan mengubah konsep dakwah mereka untuk disesuaikan dengan atmosfer kebinekaan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline