Lihat ke Halaman Asli

Sofyan Utiarahman

Master Trainer MGPBE, Fasilitator, Narasumber Kependidikan, Motivator, Instruktur Nasional, Penulis Pemula

Meraih Sarjana dengan Burger Hantu

Diperbarui: 18 Mei 2022   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.Muh. Syahrun Najah, S.Ap.

Rabu, 11 Mei 2022, pukul 11.00. Saya singgah di lapak Burger Hantu, alamat Jl. Musa Kaluku Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. Sajian aneka burger dan harganya tertera pada daftar harga. Selain burger, di lapak tersebut tersedia aneka minuman dengan harga terjangkau. 

Yang menarik bagi saya adalah nama Burger Hantu. Ingin mengetahui bentuk dan rasanya, saya memesan satu biji dan segelas minuman jus. Sambil menunggu proses menyajikan, saya membaca artikel yang ditulis oleh para Kompasianer di blog kompasiana. Beraneka tulisan yang terdapat di blog tersebut: politik, ekonomi, olahraga, keagamaan, sosbud, puisi, cerpen, dan lain-lain. Para pembaca saya imbau untuk mendaftar dan menulis di kompasiana. Anda akan mendapatkan keuntungan: finanasial, jejaring sosial, ilmu, dan yang pasti tulisan anda tersimpan. Satu saat, Anda bisa mengumpulkan tulisan Anda dan mencetaknya menjadi buku. Bagaimana caranya? Silakan mencermati tulisan Kompasianer M. Habir Kartayasa di sini

Fajar bersama Dosen UMGor/dokpri

Tidak berselang lama, Burger Hantu dan segelas muniman tersaji di hadapan. Burger tebalnya kira-kira enam centimeter dengan diameter kurang lebih sepuluh centimeter. Saya melahap selahap-lahapnya. He..he.. Kebetulan saya belum makan nasi waktu siang. Satu biji Burger Hantu sudah membuat perut ini kenyang. 

Fajar, berpose di depan lapak/dokpri

Merasa penasaran, saya mewawancarai Sang Pemilik, Muhammad Syahrun Najah. Nama panggiannya Fajar. Pemuda berusia dua puluh empat tahun itu baru saja meraih gelar sarjana Administrasi Publik di Universitas Muhammadiyah Gorontalo (Umgor). Lulus tahun 2022. 

dokpri

Fajar mengutarakan dengan lugas. Tanpa sekat. Kalimatnya meluncur bagaikan alir mengalir tanpa hambatan. "Saya membiayai kuliah dengan usaha saya sendiri. Meskipun orang tua mampu membiayai kuliah, tetapi saya tidak mau bergantung kepada Beliau. Saya ingin mandiri. Saya ingin merasakan dan membuktikan, bahwa hidup ini keras. Maka saya harus tegas kepada diri saya sendiri."

Sambil menatap wajah saya, ia melanjutkan, " Selain membiayai kuliah, saya juga membayar kredit di bank serta membayar cicilan motor. Motor tersebut saya gunakan untuk mengantar pesanan. Selain melayani pembeli lansgsung di lapak, saya juga melayani pembeli dengan sistim antar. Pemesannya berasal dari sekitar Kota Limboto dan Kota Gorontalo."

Fajar bersama sahabat/dokpri

Saya memperhatikan motor yang disebut. Yamaha NMax warna biru. Terparkir di dekat lapak. Ia melanjutkan, "Saya memiliki dua lapak, tetapi yang satu saya berikan kepada saudara saya. Supaya kami bisa berusaha bersama. Kami berjualan berdekatan. Bapak bisa melihat sendiri lapak kami. Hanya terpisah empat meter dalam satu halaman. Sedikitpun saya tidak merasa persaingan. Karena saya meyakini, rezeki tidak berpintu. Rezeki tidak kesasar, tetapi menyasar ke pemiliknya."

Melayani pembeli di lapak/dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline