Lihat ke Halaman Asli

Slamet Samsoerizal

Fiksi dan Nonfiksi

Fantastic Four: First Steps Keluarga Super yang Siap Mengubah Arah Semesta Marvel

Diperbarui: 20 Juli 2025   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fantastic Four: First Steps (Sumber: marvel.com/ssdarindo)

Film Fantastic Four: First Steps hadir sebagai reboot MCU yang langsung mencuri perhatian berkat konsepnya yang unik dan tampilannya yang mencolok. Latar film ini bukan berada di semesta utama MCU, melainkan di Earth-828, versi alternatif Bumi yang dihidupkan dalam nuansa retro-futuristik khas era 1960-an.

Ini bukan sekadar pilihan gaya, tapi pendekatan naratif yang segar dan membuat film ini berbeda dari film superhero Marvel lainnya. Dunia di dalamnya terasa seperti penghormatan pada estetika sci-fi klasik, namun tetap dibalut dengan teknologi modern dan visual IMAX yang memukau.

Mengutip dari variety.com, daya tarik utama film ini tidak hanya pada visualnya yang "visually stunning", tetapi juga pada dinamika emosional antarkarakter yang dikembangkan dengan hati-hati. Tim Fantastic Four kali ini diperankan oleh Pedro Pascal sebagai Reed Richards, Vanessa Kirby sebagai Sue Storm, Joseph Quinn sebagai Johnny Storm, dan Ebon Moss-Bachrach sebagai Ben Grimm. Chemistry mereka mendapat pujian luar biasa dalam reaksi awal para kritikus dan fans.

Mereka menyebut hubungan di antara para anggota tim ini terasa tulus, hidup, dan membentuk fondasi kuat dari keseluruhan narasi. Vanessa Kirby dan Moss-Bachrach bahkan disebut sebagai "lem" emosional tim yang membuat film ini jauh dari kesan hampa.

Pedro Pascal berhasil memberikan kedalaman emosional pada tokoh Reed Richards. Ia tampil sebagai pemikir yang penuh beban, namun juga sebagai figur pemimpin yang rapuh. Momen-momen saat ia menunjukkan sisi manusiawinya, termasuk ketika menyampaikan emosi pada rekannya di luar layar, membuat banyak orang merasa,  bahwa Pascal memberikan lebih dari sekadar akting. Ia menyuntikkan jiwa pada karakter ini.

Sempat muncul kritik soal usianya saat pertama diumumkan sebagai Reed, namun penampilannya berhasil membungkam semua itu. Ia adalah Mister Fantastic yang matang, penuh pertimbangan, dan sangat meyakinkan.

Visual film ini juga mendapat pujian besar. Galactus, sosok antagonis utama, digambarkan dengan intensitas luar biasa, terutama saat ditampilkan di layar IMAX. Getarannya dikatakan terasa sampai ke tulang penonton. Kehadiran Silver Surfer---diperankan oleh Julia Garner dalam versi gender-swapped bernama Shalla-Bal---juga menjadi kejutan menarik. Garner tampil tidak hanya sebagai versi baru dari karakter legendaris itu, tetapi juga sebagai entitas yang punya konflik dan pesona sendiri. Ia bukan sekadar "pengganti" Norrin Radd, melainkan karakter mandiri yang punya peran penting dalam membentuk ketegangan dalam cerita.

Musik latar karya Michael Giacchino memperkuat pengalaman sinematik film ini. Komposisinya yang epik namun tetap menyentuh menambah atmosfer heroik dan menggugah sepanjang film. Penonton menyebut skor musik ini sebagai salah satu yang paling berkesan dalam sejarah film MCU.

Visual, musik, dan sinematografi saling mengisi dan menciptakan pengalaman menyeluruh yang tak mudah dilupakan. Bahkan bagi penonton yang datang tanpa ekspektasi tinggi, film ini terasa sebagai kejutan yang menyenangkan dan memuaskan.

Film ini bukan tanpa catatan. Beberapa penonton mencatat alur ceritanya terasa ringan dan tidak terlalu kompleks, dengan beberapa bagian plot yang dinilai agak dipaksakan atau kurang masuk akal. Namun kelemahan tersebut banyak ditutupi oleh kekuatan emosional para karakter, efek visual yang menawan, serta gaya penceritaan yang segar dan tidak klise.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline