Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Peduli dan Berbuat Baik, Mudah atau Sulit?

Diperbarui: 16 September 2025   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Bagi orang yang kaya hati, belum kaya harta, peduli dan berbuat baik kepada orang lain, keluarga, pihak lain, dll, dapat dengan tindakan mendukung seperti dengan senyuman, acungan jempol, emot hati, kata-kata positif, dll, tanpa harus memberikan sumbangan materi. Bagi orang yang kaya hati dan kaya harta, peduli dan berbuat baik kepada orang lain, keluarga, pihak lain, dll,  tindakan mendukung tidak sebatas senyuman, acungan jempol, emot hati, kata-kata positif, dll, tetapi dibarengi dukungan harta dan materi. Sadar bahwa sebagian harta dan materi yang mereka dapat, milik orang lain. Tahu bahwa harta dan materi, tidak dibawa mati.

(Supartono JW.16092025)
Pengamat pendidikan nasional

Cerdas SQ, IQ, dan EQ

Orang yang sudah memiliki kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), bila kepekaan spiritual, intelektual, dan emosionalnya hilang, maka hilang pula empatinya untuk peduli dan berbuat baik terhadap orang lain, pihak lain, sekali pun masih dalam satu keluarga/kekeluargaan.

Apalagi, bila seseorang belum cerdas SQ, IQ, dan EQ. Kedua model orang tersebut, biasanya tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan, sebab pikiran, mata, telinga, dan hatinya, TERTUTUP (dibutakan oleh duniawi).

Hilangnya kepekaan spiritual dan empati, biasanya disebabkan oleh kebiasaan berbuat dosa dan kesibukan duniawi, membuat seseorang tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan. Pikiran dan hati tertutup.

Akibatnya, sulit bagi yang bersangkutan peduli dan berbuat baik kepada orang lain dan pihak lain, sekali pun kepada keluarganya sendiri. Apalagi kepada orang lain, pihak lain.

Berdalih

Orang-orang yang hilang kepekaan spiritual dan empatinya, mengabaikan nilai-nilai kebaikan, sebab TAKUT KEHILANGAN yang BUKAN MILIK (harta, benda, uang, jabatan, kekuasaan), yang sejatinya hanya titipan, amanah. sehingga sudah tidak lagi peduli apa itu kebaikan dan keburukan.

Mereka akan selalu merasa ringan untuk berbuat salah dan dosa, saat tidak bertanggung jawab kepada hal yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, tapi selalu enteng menikmati haknya. Hanya memanfaatkan kebaikan dan kepedulian orang lain, keluarga, pihak lain, dll.

Mirisnya, jangankan bertanggung jawab atas tanggung jawabnya, orang-orang yang model demikian, banyak ditemukan, bahkan mudah berdalih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline