Lihat ke Halaman Asli

Sabrul Jamil

Seorang suami, dan ayah dari empat orang anak

Salam Melati kepada Cempaka

Diperbarui: 23 November 2016   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kubuka jendela pagi. Aroma harum dan segar bunga Cempaka menerobos masuk dengan suka cita. Lamat-lamat seperti kudengar ia menyapa, kebaikan-kebaikan apa yang engkau rencanakan hari ini? Cempaka tetaplah pada misinya, menebarkan keharuman kepada siapa saja yg beruntung melintas di sekitarnya.

Ingin kuucapkan terima kasih kepada Cempaka yg menebar harumnya. Namun ia menunjuk angin yg berjasa. Ingin kusapa angin dan kuucapkan pujianku, tapi ia telah berlalu. Kutatap rumput yg diam merunduk, dan kutangkap isyarat tasbih kepada Yang Maha Kuasa.

Dan kepada kumbang yg melintas di depannya, berkatalah dedauanan melati. Sampaikan salamku kepada Cempaka. Pada saatnya nanti, aku pun kan kembali berbunga. Saat rinai hujan semakin berkurang, dan mentari semakin acap bersinar. Kan kutebar harumku pada siapa saja.

Dan kepadamu sahabatku, kubisikkan suatu rahasia. Harumku memang sepanjang hari. Namun puncak aromaku adalah pada sepertiga malam terakhir. Dan akan bertahan hingga fajar menjelang.

Kumbang pun mengerti. Dan ia balas bercerita tentang sahabatnya kaum ulat. Mereka kini mesu diri, mengabaikan kejadian apa pun di semesta. Kumbang berujar dengan berbinar, bahwa tak lama lagi akan bermunculan makhluk-makhluk cantik, berkeliaran, memanjakan mata siapapun yang memandang.

Dan cempaka yang pagi ini berguguran di atas tanah, mereka terbaring dengan senyum. Tak ada tangis, mungkin haru. Yang ada hanya keridhoan dari hamba, yang telah tuntas menunaikan tugas penghambaannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline