Lihat ke Halaman Asli

Jangan Takut Berdagang, Lihat Saja Rasulullah

Diperbarui: 8 Mei 2019   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Profesi berdagang sudah sangat familiar di kancah internasional. Ditambah dengan adanya sikap konsumtif yang tinggi, memunculkan banyak produsen dan pedagang untuk menambahkan cabang dagangannya. Tak kenal usia, waktu dan jenis perdagangannya, baik menjual jasa maupun barang akan dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Zaman sekarang sudah menjadi pandangan lumrah ketika anak yang berkecimpung dalam penjualan, begitu juga Rosulullah saw. yang memulai karir usahanya pada usia 12 tahun. Sebenarnya hal tersebut tidak tepat untuk dilakukan karena hakikat anak kecil tugasnya masih seputar belajar dan bermain. Tapi jika dilihat dari sisi belajarnya, berdagang juga merupakan proses belajar untuk membangun masa depan yang lebih terencanakan dengan pengalaman yang ada.

Pedagang yang baik adalah pedagang yang mudah dalam membeli dan mudah dalam menjual. (HR. bukhari dari Jabir)

Dalam buku marketing muhammad, ketika ingin menjadi pengusaha, pedagang, atau intrepreneur, peru diperhatikan beberapa  hal.

Pertama, melakukan segmentasi, menetapkan target pasar (targeting) dan positioning. Sebelum menjajakan suatu barang, nabi Muhammad saw. Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebiasaan, cara hidup, cara makan dan minum, serta kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat. Keberhasilan segemntasi ini terlihat ketika mengunjungi kota A maka barang yang dibawa adalah ini dan itu. Ketika datang ke daerah B maka barang yang dibawa akan berbeda lagi.

Dalam hal targeting Nabi Muhammad saw. memasuki semua segmen yang ada dalam masyarakat semenanjung Arab. Mulai dari budak hingga kalangan elit kerajaan, bahkan sang raja.

Beliau pintar dalam memosisikan diri dimanapun berada. Ia tidak pernah mengecewakan pelanggannya, selalu menghormati entah itu dewasa ataupun muda.

Yang selanjutnya adalah dengan melakukan dieferensiasi, bauran pemasaran, dan memiliki prinsip dalam menjual. Rosulullah berdagang dengan cara-cara yang berbeda, tidak umum digunakan oleh pedangang lainnya, yang menunjukkan pemikiran "out of the book". Misalnya dengan menjalain hubungan yang baik dengan pelanggannya dan melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah lain, tidak hanya stay pada satu wilayah saja.

Beliau selalu menjelaskan kelebihan dan kekurangan produknya dengan jujur. Mematok harga sesuai harga pasar, tidak melakukan perang harga dengan pedagang lain, tidak bersumpah secara berlebihan, jujur dalam timbangan dan takarannya, serta tidak memonopoli komoditas.

Keriga, melakukan branding dan pelayanan yang baik. Personal branding ini tidak muncul secara tibatiba, peru adanya istqomah dalam menjual barang dengan jujur, profesional dan amanah.

Keramaham dalam setiap pelayanan dan juga menghormati pelanggan. Yang terakhit adalah jujur, ikhlas, dan profesional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline