Dengan imajinasiku yang hidup, aku ingin bercerita, menceritakan mimpi. Jika ada yang bisa mendengar aku di sisi lain! "Halo, apakah ada orang di sana" ?
Aku pasti akan terlihat bahagia jika orang-orang peduli dengan semua impia akau. Mendengarkan suaraku adalah keinginanku. Karena aku tahu masih ada orang yang berpaling kepadaku, dan tidak mengira aku orang Congo.
Hari-hari berlalu, aku menunggu datangnya malam untuk membawaku ke alam mimpi, menemukan banyak hal yang membuatku tersenyum lebar, aku bisa tertawa terbahak-bahak dan membuat sesuatu yang bisa kulakukan.
Sore ini terlalu menyiksa, membuat pikiranku terlena, sesak. Setiap tetes keringat membasahi seluruh tubuhku dan mengering dengan sendirinya.
Entah apa kata orang, ketika aku sering tersesat di alam mimpi, aku sering enggan untuk kembali. Meskipun itu sangat sulit bagiku.
Suatu ketika ketika saya bersama para bajak laut, saya menyebarkan semua mimpi ini dengan tengkorak saka. Saat melintasi alam semesta, saya tidak tahu kapan saya akan berbalik dari tempat ini?
Aku menyelipkan mimpi untuk kebersamaan. Bahwa kita bersama di kapal ini, duduk dengan secangkir kopi dan mulai menceritakan mimpinya.
Karena aku merasa bahwa semua ini adalah bagian dari hidup, tanpa anda, apa yang bisa saya lakukan. Apa pun auman dan perintah yang keluar dari Kapal ini, saya akan mendengarkan, saya akan melakukannya.
Aku bukan siapa-siapa, tapi tidak apa-apa! Bukan bajingan juga, bukan pengecut, juga bukan tandingan. Jika aku hancur, lalu haruskah aku menyalahkan mimpiku sendiri?
Dreamland adalah alam untuk mengembara. Semua itu melekat pada diri kita, di situlah kita bermimpi, bangun dan mengekspresikan diri dalam kehidupan di dunia nyata.