Lihat ke Halaman Asli

Seno Rocky Pusop

@rockyjr.official17

Napak Tilas Jemaat GKI Paulus Dok V Jayapura

Diperbarui: 11 Juli 2022   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jemaat GKI Paulus Dok V Jayapura Tahun 1960 (Facebook/Camp Remaja Se-Klasis Jayapura)

Seusai kemenangan sekutu atas Jepang, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 Jenderal Douglas MacArthur sebagai Panglima Balatentara Sekutu, mengeluarkan maklumat mengenai status Hindia Belanda, termasuk di dalamnya menyangkut kedudukan Papua.

Isi maklumat itu adalah mengembalikan Papua dan seluruh Hindia Belanda kepada pemerintah Belanda sebagaimana status sebelum perang.

Pemerintah Belanda membentuk suatu organisasi pemerintahan sementara yang disebut Nederlandsch-Indische Civiele-Administratie (NICA), yang bertugas mengambil alih dan menata kembali administrasi pemerintahan di Papua (New Guinea).

NICA pun dengan segera melaksanakan tugasnya. Pihak Gereja di Belanda, terutama Nederlands Hervormde Kerk (NHK), sangat menyadari bahwa lambat laun atau cepat Papua akan diserahkan kepada Republik Indonesia.

Oleh karena itu, sejak tahun 1946 pihak Zending der Nederlands Hervormde Kerk (NHK) dan Zending der Gereformerde Kerken (ZGK) menyepakati suatu crash-programe selama satu dasawarsa pembangunan kembali pekerjaan Gereja di Papua, yang di dalamnya orang Kristen Papua dipersiapkan dan diberdayakan untuk memimpin diri sendiri dalam kehidupan bergereja di Papua.

Jika di suatu waktu bangsa Belanda harus benar-benar angkat kaki meninggalkan negeri ini. Puncaknya adalah pada tahun 1956 seluruh jemaat hasil pekabaran injil di Nieuw Guinea (sekarang: GKI di Tanah Papua).

Tidak semua orang Belanda memeluk agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Ada juga orang Belanda yang tidak beragama karena mereka ateis atau humanis.

Sampai pada tahun 1963 banyak orang asing (Belanda) bukanlah anggota gereja. Sekalipun jumlah mereka tidak sebanyak jumlah yang beragama Kristen.

Namun tampaknya gaya hidup mereka sedikit banyak membingungkan bagi orang Kristen bukan-Belanda, terutama bagi orang Papua yang beragama Kristen.

Terlihat bahwa jumlah orang Belanda yang membutuhkan pelayanan rohani secara Protestant dan Katolik cukup besar. Hal ini memperlihatkan bahwa Wilayah Dok V (Noordwijk) sebelum menjadi salah satu tempat hunian warga Belanda karena masih dalam tahap pembangunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline