Lihat ke Halaman Asli

Jakarta, Kota Bercampurnya Kemakmuran Dan Kemiskinan

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta sebagai ibukota negara memang sangat kontras, dan salah satu sisi kontras Jakarta adalah ketika kemiskinan dan kemakmuran bercampur menjadi satu, berpadu dan tersaji sebagai potret kehidupan di berbagai sudut kota. Di jalan-jalan Kota Jakarta, anda bisa menyaksikan mobil-mobil mewah seperti Mercy atau Hammer berseliweran, dan pada saat yang sama para pengemis menengadahkan tangan meminta belas kasihan.

Perbedaan antara si kaya dan si miskin bagaikan langit dan bumi. Jika pada tahun 2009, 13 % penduduk Jakarta berpenghasilan di atas US$ 10.000, pada saat yang sama ada sekitar 3,62 % penduduk yang  justru berpenghasilan kurang dari Rp. 316.963 per bulan. Bagi mereka yang kaya, uang dapat mereka belanjakan untuk berbagai hal. Selain membeli barang-barang pokok, mereka bisa membeli barang yang sifatnya mewah dan mahal di sejumlah mall besar di jakarta.

Penduduk miskin cenderung terkumpul pada daerah pemukimam kumuh, bantaran kali, dan kolong jembatan.  Alasan mengapa penduduk miskin umumnya bertempat tinggal pada daerah-daerah tersebut karena wilayahnya relatif sesuai dan mudah untuk ditempati dengan kondisi kemiskinan yang serba kekurangan. Berbekal aset atau uang seadanya dan bahkan barang-barang bekas (seng, papan, dan sebagainya) mereka dengan mudah membangun rumah ala kadarnya di daerah-daerah tersebut. Bisa makan dalam sehari itu merupakan suatu kesyukuran yang sangat amat mendalam bagi mereka.

Contohnya seperti Jakarta Selatan. Jakarta Selatan adalah salah satu favorit lokasi perumahan di Jakarta, sebut saja Kebagusan, Ciganjur, Menteng dan Pondok Indah. Kenyamanan dan lingkungan yang mendukung merupakan salah satu faktor pendongkrak kesuksesan Jakarta Selatan menjadi tempat hunian paling dicari di Jakarta. Hal ini membuat Jakarta Selatan menjadi kawasan elite jakarta, semua orang-orang yang kaya terkumpul di daerah jakarta selatan.

Di sisi lain, penghuni kolong jembatan di wilayah Jakarta hingga kini menjadi gambaran dari miskinnya tingkat ekonomi masyarakat dan buram wajah Kota Jakarta. Mereka adalah para pekerja kasar, pengangguran, pemulung, atau bahkan pengamen jalanan. Keberadaan warga miskin yang berada sebagai penghuni kolong jembatan menjadi persoalan tersendiri bagi pemerintah kota.

Pemerintah DKI jakarta, khususnya Pak Basuki Tjahaja Purnama yang akan menjadi Gubenur DKI Jakarta harus mencari jalan, bagaimana tingkat kemiskinan di DKI jakarta bisa teratasi. Hal ini harus dilakukan agar tidak adanya stratifikasi berdasarkan kekayaan di DKI Jakarta dan semua orang yang hidup di DKI Jakarta mendapat kelayakan hidup yang sama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline