Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Iqbal Shukri

Manusia penyuka sambel setan

Alasan Slogan Kerja dari Rumah Tidak Berlaku bagi Petani

Diperbarui: 27 April 2020   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pertanian (Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Slogan #Kerjadirumah kiranya tidak berlaku bagi masyarakat desa. Physical Distancing pun demikian. Mungkin slogan itu hanya bagi mereka yang bekerja di lingkup perkotaan, perkantoran dan lainnya. 

Di desa saya masyarakat desa memang mendengar informasi tentang merebaknya virus Covid-19, namun anehnya keadaan aktivitas di desa biasa-biasa saja sama seperti tidak ada apa-apa. Imbauan pemerintah pun seolah diabaikannya. 

Memang tak ada alternatif lain, masyarakat desa yang mayoritas bekerja sebagai petani, harus sedia setiap kali berangkat ke kantor (sawah atau ladang) untuk melihat dan merawat demi perkembangan tanaman, sebagai harapan masa depan mereka yakni hasil panen. 

Di tambah mereka kebanyakan juga di rumah mempunyai peliharaan satu atau dua ekor ternak, kambing, sapi, ayam dan lainnya. Maka secara tidak langsung masyarakat desa, selain beraktivitas di luar rumah (ke ladang), pulang ke rumah membawa rumput untuk pakan ternak. 

Bagaimana tidak, masyarakat (petani) desa harus berani mencari kesejahteraan hidupnya sendiri untuk tetap hidup. Hingga mungkin merebaknya virus Covid-19 pun diabaikan. 

Berbeda dengan mereka yang diimbau untuk bekerja di rumah oleh instansi pemerintahan dan lainnya, mereka dapat mengerjakan pekerjaan di rumah, dan tetap digaji. Atau kerja di rumah dengan sistem online. Tapi bagaimana dengan masyarakat desa yang masih bisa dibilang minim pengetahuan dan teknologi, yang mayoritas bekerja sebagai petani. Dan tidak ada gaji, atau jaminan. 

Apakah mereka harus bekerja mendadak sebagai petani online? Pertanian online yang bagaimana? Entahlah...

Selain itu, aktivitas keagamaan pun masih berjalan seperti biasa. Musala dan Masjid pun tak sepi dari para jemaah salat. Aktivitas rutinan tahlil bergilir tiap malam jumat pun tetap berjalan. 

Aktivitas ngopi tiap malam di warung-warung perkopian desa juga tetap berjalan seperti biasanya. Tak ada muka gelisah terhadap adanya virus Covid-19 yang sedang beredar luas. 

Padahal orang-orang di luar sana, sibuk cari masker, hand sanitizer dan lainnya. Tapi berbeda dengan orang desa, yang bersikap tenang. Atau mungkin masyarakat desa memiliki ketauhidan yang sangat tinggi. Entahlah. Meskipun orang desa sudah mendengar virus Covid-19, tidak dibuat panik oleh virusnya. 

Namun dampak dari merebaknya virus Covid-19 membuat bayang-bayang masyarakat terkait perekonomian yang menjadikan diri masyarakat gelisah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline