Lihat ke Halaman Asli

Mesha Christina

@shalluvia

Cerita Lain dari Garebeg Sawal Ehe 1956, Ada Pasukan Penari dalam Salah Satu Bregada

Diperbarui: 8 Mei 2023   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunungan Estri berhenti sejenak di Sitihinggil (dok. pribadi)

Meski sering menyaksikan Upacara Garebeg yang diadakan tiga kali dalam setahun, rasanya tak pernah bosan. Setiap menonton selalu ada kisah tersendiri. Begitu pun sewaktu Garebeg Sawal Ehe 1956 (Syawal 1444 Hijriah) lalu. Setelah tiga tahun pembagian gunungan dilakukan terbatas di dalam keraton saja, akhirnya gunungan sebanyak tujuh buah kembali diarak dengan diiringi 10 bregada  Keraton Yogyakarta serta dua bregada Kadipaten Pakualaman, kemudian diperebutkan masyarakat.

Tujuh buah gunungan tersebut, di antaranya adalah tiga Gunungan Kakung yang masing-masing dibawa ke Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, Kompleks Kepatihan atau Kantor Gubernur DIY, serta Pura Pakualaman. Sedangkan empat gunungan lainnya ialah Gunungan Estri, Gunungan Dharat, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Gepak. Keempatnya dibawa ke Masjid Gedhe. Sebelum diperebutkan masyarakat, gunungan-gunungan tersebut didoakam terlebih dahulu oleh abdi dalem pengulon yang bertugas mengurusi hal-hal keagamaan di luar lingkup keraton.

Foto beberapa tahun lalu, Gunungan Kakung akan dibawa ke Kepatihan (dok. pribadi)

Dalam tulisan ini, saya tak akan membagikan cerita tentang apa itu garebeg, apa itu gunungan dan bagaimana suasana saat dirayah masyarakat. Selain tak ikut menyaksikan hingga Masjid Gedhe, sudah banyak juga artikel atau berita yang menuliskannya. Saya sekadar ingin bercerita mengenai sisi lain dari Garebeg Sawal yang dihelat pada 1 Syawal 1444 H bertepatan dengan 22 April 2023 kemarin.

Rute Baru Iring-iringan Bregada Prajurit

Berbagai dinamika selama pandemi mengubah beberapa hal terkait pelaksanaan Upacara Garebeg. Salah satunya, dulu markas prajurit berada di Pratjimasana (barat Pagelaran Keraton), kini seiring dengan direhabilitasinya Kompleks Kamandungan Kidul, Tepas Keprajuritan dipindah di lokasi tersebut.

Para prajurit di Kamandungan Kidul, sebelum memulai bertugas (dok. IG @kratonjogja)

Dengan perubahan itu, rute iring-iringan prajurit pun ikut berubah. Berawal dari Kamandungan Kidul, Kamagangan, Kompleks Kedaton (tidak untuk umum), Kamandungan Utara atau Keben, Sitihinggil, hingga Pagelaran Keraton.

Rute baru antara Kamandungan Kidul dengan Magangan (dok. IG @kratonjogja)

Kala Alun-Alun Utara belum berpagar, delapan bregada akan berbaris membentuk pagar betis di sana hingga gunungan keluar, dan hanya Bregada Surakarsa serta Bregada Bugis yang mengantar gunungan sampai lokasi perayahan. Pada garebeg kemarin, semua bregada turut hingga depan Masjid Gedhe, kecuali Bregada Bugis yang mengawal gunungan ke Kepatihan. Tembakan salvo yang menandai tibanya gunungan pun dilakukan dari depan gerbang masjid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline