Lihat ke Halaman Asli

Sebastian Edward De Millenio

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sepatu Dr. Martens dan Citra Diri Penggunanya

Diperbarui: 4 Juni 2022   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/asos: https://pin.it/68VfyZM 

Sepatu boot Doctor Martens atau yang kerap disingkat dengan Doc Mart identitik melekat  dengan anak muda trendy, fashionable dan funky abis. Kerap kali ditemui baik pria dan wanita yang mengenakan sepatu Doc Mart di coffee shop,  pusat perbelanjaan maupun di tempat ibadah. Stigmasisasi citra diri pada pengguna sepatu Doc Mart begitu kental.

Namun apakah anggapan di atas tepat? sayang sekali jika ditarik pada asal usul sejarahnya anggapan tersebut sedikit kurang tepat. Pasalnya sepatu boot Doc Mart memang dirancang bagi orang dewasa yang memerlukan sepatu yang nyaman dan aman setelah mengalami cedera.

Sepatu Doc Mart lahir di tangan Doctor Klaus Martens pada tahun 1947, beliau merupakan dokter tentara asal Jerman.  Awal mulanya Klaus Martens mengalami cedera kaki setelah bermain ski, sehingga beliau tidak lagi bisa mengenakan sepatu tentara miliknya. Berangkat dari situlah akhirnya Doctor Klaus Martens bersama dengan rekan dokternya  menciptakan sepatu boot dengan air cushion guna memberikan kenyamanan pada penggunanya.

Setelah masa Perang Dunia II berlalu di Jerman, sepatu Doc Mart justru mendapatkan tempat yang spesial di mata kaki perempuan paruh bayu, pekerja pabrik dan bahkan tukang pos. Pada saat itu, Doc Mart berhasil menyandang gelar sebagai sepatu ternyaman di seluruh pelosok Jerman dari mulut ke mulut.

Kabar tentang sepatu tersebut terdengar hingga ke telinga Benjamin Griggs dan Septimus Jones, beliau berdua merupakan pendiri Griggs, merk sepatu boots terkenal asal Inggris. Akhirnya mereka memutuskan untuk berkolaborasi dengan mengkawinkan antara metode pembuatan Doctor Martens dan desain identitik Griggs yang kemudian diberi nama 1460 (angka tanggal produksi sepatu)  dan sepakat melabeli diri dengan nama Dr. Martens.

Dr. Martens yang pada awal mulanya identik dengan kelas pekerja, mulai bergeser menjadi citra dari perlawanan kaum muda di Inggris pada tahun 1960-an. Hal tersebut diawali dengan maraknya anak muda subkultur yang melabeli dirinya Skinhead ingin berpenampilan bak kelas pekerja dan bangga akan hal tersebut. Maka dikenakanlah sepatu Dr. Marterns sebagai atribut dalam melengkapi identitasnya sebagai bagian dari subkultur Skinhead yang identik dengan perlawanan (Bargeson, Valeri, 2018).

pinterest.com/Adriannd Daru: https://pin.it/4j4CCMU

Global Vice President Dr. Martens, Darren Campbell memberikan pernyataan kepada Quartz pada 17 Desember 2017 (Bain, 2017) bahwa Doc Mart makin besar dan bisa melintas antar generasi sebab mendapatkan berbagai dukungan dari berbagai massa.

 "Ada konsumer yang memakai DM karena mereka anggota subkultur tertentu. Ini terjadi pada 1960-an dan 1970-an di kalangan anak punk. Pada 1980-an DM dikenakan kalangan anak-anak penggemar skuter (scooter boys). Pada 1990-an penganut dan penikmat musik Grunge dan Britpop memilih Doc Mart

Ucap Darren Campbell pada sesi wawancara dengan Quartz.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline