Lihat ke Halaman Asli

Sean Annas

Pengangguran

Angin Malam

Diperbarui: 14 April 2022   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jujurlah wahai angin malam.
Aku tahu siapa yang membawamu kepada pepohonan yang berpelukan.
Aku tahu mengapa kau mengutuk tugasmu dalam membawa pesan.
"Takdir adalah sesuatu yang sudah salah dari awal!" begitulah kata makhluk binal.
Adalah mereka yang merangkai bunga di musim semi, sementara mereka tahu musim kemarau mulai menabuh genderang.
Mereka yang menggali lubang di tanah, tapi kepada angkasalah mereka menengadah.
Mereka yang mengangguk-anggukkan kepala di hadapan bintang-bintang, lalu menyusun batu dan kisah-kisah malang.
"Berhentilah bertanya!" katamu.
"Semuanya akan adil dalam kabut, tenggelamlah di dalamnya dan mulailah memusnahkan dengan api, bukankah cahaya adalah yang engkau cari selama ini?"
Apakah ini cukup untuk mengobati luka rembulan?
Tidakkah ia bosan mendengarkan erangan rerumputan yang dirajam hujan?
Salah siapa ini?
Haruskah sekali lagi memaklumi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline