Mahal dan murah pantaslah menjadi takaran awam bagi aktivitas penjual dan pembeli seperti kita, yang sering berada di tempat-tempat transaksi, ya di pasar misalnya.
Apalagi di musim Ramadhan ini, normalnya kita selalu mendapati barang dengan harga yang selangit mendekati dan berada pada masa Ramadhan gini! Namanya juga perlu, ya suka tidak suka kita harus beli deh, demi!
Namun heran, ternyata tren itu tidak atau belum terjadi, dimana harga Sembako di kota Samarinda -syukurlah- masih baik-baik saja!
Ini bisa jadi, karena pengaruh masyarakat yang berada di rumah saja ya selama Pandemi Covid-19 ini berlangsung, orang jadi enggan lagi ke pasar! Jadi banyakan jumlah penjual ketimbang pembeli.
Dan lagi, Restoran besar dan rumah makan sudah tidak lagi menyerap Sembako dengan jumlah besar sebagai bahan masakannya.
Akibatnya ya bisa saja jumlah bahan Sembako melimpah di pasaran, terutama sayuran dan membuat harganya relative terjangkau di sini. Bisa dibilang mahal dan bisa juga dibilang murah, tergantung suasana hati saja jadinya sih.
Kok saya tahu? Lha iyalah, kebetulan ibu mertua saya adalah pedagang pasar dan biasa jua melayani menu masakan di rumah makan kok.
Covid-19 tentu sudah bisa menjadi pelaku utama yang sudah memutar balikkan presepsi mahal dan murah itu di masa Ramadhan ini. Bayangin saja, dahulu harga Rp 50 ribu itu bisa saja kita katakan 'murah', namun sekarang wah, sangat berharga sekali dalam menukarkannya dalam bentuk apa saja? Termasuk bahan makanan kita sehari-hari!
Paha dan Dada Ayam, atau daging ikan nih?
Jika diamati di pasaran Samarinda ini, bahan pokok seperti beras medium masih aman sih diharga Rp 12 ribuan perkilo, adalagi bawang dan cabai juga masih dikisaran standar Rp 40 ribu perkilo-gramnya. Gula juga masih Rp 12 ribuan perkilogram.