Lihat ke Halaman Asli

Unsur Kemerdekaan di Era Revolusi Pasca Proklamasi dalam Novel Sosia-Politik "Larasati"

Diperbarui: 2 Desember 2021   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Unsur Kemerdekaan di era Revolusi Pascaproklmasi"

Dalam novel Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Larasati" yaitu mengkisahkan sebuah cerita sosial-politik yang elegan pada kemerdekaan di era revolusi pasca proklamasi. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan realitas sejarah sosial-pokitik Indonesia dalam novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer dengan Perspektif New Historicism. 

Realitas sejarah sosial dan politik Indonesia pada periode 1945 hingga 1966. Pramoedya menggambarkan novel ini secara langsung berkaitan dengan manisfestasi politik yang ada di Indonesia yang meliputi:

(1) Sturktur ideologi yang digunaan untuk memperkuat kekuatan berbasis negara

(2) Adanya praktif, diskursif, bahasa pokitik yang mengacu pada konstruksi pengetahuan melalui bahasa yang memberi makna pada segi material dan praktik sosial-politik yang melingkupinya.

Pramoedya Ananta Toer banyak menuangkan pikirannya dalam novel yang
jalan ceritanya dibalut oleh konflik sosial-politik. Sastrawan ini muncul dengan
cerita sejarah dengan versi yang beragam, versi dirinya sendiri, versip enjajahan,
versi kemerdekaan, versi Orde Lama dan juga versi OrdeBaru. 

Jalan cerita yang
dikemas oleh Pramoedya dipenuhi oleh intrik politik yang melingkupi sebut saja
karya Larasatidan juga Bumi Manusia.

Menurut Laksana (1997:111), mengungkapkan bahwa sastra dijadikan sebagai simbol politik tertentu dan untuk menyuarakan kepentingan tertentu. Inilah yang tidak diterima oleh sebagian sastrawan Indonesia.

Cerita novel "Larasati" menggambarkan konflik sosial-politik didalamnya. Kisah dimulai ketika Larasati pergi menelusuri Yogyakarta ke Ibukota Jakarta untuk bertemu dengan ibunya. Awalnya Larasati berprofesi sebagai bintang film propaganda Belanda. 

Anak tetapi itu semua sirna ketika ia ke Ibukota dan begitu pilu ketika melihat keadaan ruang penjara yang dipenuhi suara tembakan, tangisan dan kegaduhan. 

Konfliksosial politik yang disajikan pada kemerdekaan di era revolusi pasca proklamasi dibahas apik oleh pramoedya dimana ia menggambarkan karakter Larasati sebagai wanita tangguh yang rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan negara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline