Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Share, Dampak Psikologis Covid-19 bagi Keluarga Pasien

Diperbarui: 15 Juni 2021   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Covid-19 (Kompas)

Dikutip dari Kompas.com. Pemerintah melaporkan penambahan 8.189 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan kasus baru itu tersebar di 32 provinsi.

Hingga Senin (14/6/2021), total pasien Covid-19 di Tanah Air berjumlah 1.919.547 orang.

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan tertinggi ada DKI Jakarta sebanyak 2.722 kasus, disusul Jawa Barat dengan 1.532 kasus, dan Jawa Tengah dengan 1.400 kasus.

Sekilas dari informasi diatas bisa dikatakan pandemi Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan titik terang kapan akan selesai. Justru cenderung menunjukkan peningkatan dikarenakan suatu sebab, seperti momentum mudik pasca Lebaran. Ketidakdisiplinan masyarakat dimana abai pada protokol kesehatan (prokes) turut andil menjadi penyebab pandemi Covid-19 di Indonesia kian panjang.

Berkaca dari itu, Penulis kali ini ingin berbagi sedikit pengalaman akan mengapa pentingnya kita semua untuk mematuhi prokes sebagai upaya agar tidak tertular Covid-19.

"Sakit dan sehat itu datangnya dari Allah"

Mungkin dari Anda-anda pembaca ada yang sekadar tahu akan kabar bahwa begitu tidak enaknya menjadi pasien Covid-19 maupun duka ketika tahu keluarga, saudara, kerabat, serta orang tercinta terkena Covid-19.

Penulis sekadar memberitahu, apapun bagaimanapun kisahnya maka percayalah bahwa segala hal berkaitan Covid-19 takkan pernah ada enaknya baik itu sebagai pasien ataupun keluarganya. Dampak Covid-19 bukan hanya memberikan derita kepada pasiennya, tetapi berdampak kepada psikologis keluarga pasien.

Suatu ketika Penulis mendapati kabar bahwa kakak terpapar Covid-19 dan musti dirawat di Rumah Sakit. Jujur saja mendapati kabar tersebut kami sekeluarga diliputi kesedihan namun perasaan itupun bercampur dengan kekhawatiran berlebih atau paranoid.

Hal pertama Covid-19 secara tidak langsung menimbulkan khawatir ialah apakah dari anggota keluarga ada tertular dikarenakan pernah berinteraksi dengan kakak saat silaturahmi Idul Fitri. Kemudian sebagai mahluk sosial, (seminggu pasca Lebaran) pribadi mulai diliputi rasa khawatir sudah tertular dan tanpa sadar turut serta menularkan Covid-19 kepada orang lain.

Disitu Anda mulai diliputi oleh kepanikan dan ketakutan, apa yang musti Anda lakukan. Di satu sisi Anda tahu bahwa pasien dalam hal ini kakak Penulis tidak bisa ditemani layaknya pasien dirawat pada umumnya, di sisi lain Anda juga diliputi ketakutan jika saja tertular lantas apa yang musti dilakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline