Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Sisi Kelam Monetisasi

Diperbarui: 30 Oktober 2018   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Melanjutkan artikel yang kemarin berjudul "Monetisasi, Lumrah Tetapi..", kali ini Penulis akan membahas sisi minus dari monetisasi. 

Sesuai penjelasan Penulis sebelumnya bahwa konsep monetisasi antara pengelola dan pengikut dibedakan. Ketika anda menjadi pengelola blog maka secara mutlak anda mengatur bagaimana strategi monetisasi agar optimal.

Berbeda halnya dengan anda sebagai pengikut semisal para Kompasianer, pada hakekatnya Kompasianer merupakan kontributor dan prosedural monetisasinya diatur oleh pihak Kompasiana. 

Kompasianer hanya fokus menulis dan meningkatkan kualitas tulisannya (personal branding). Berbeda halnya dengan Kompasiana sebagai pengelola dimana mereka harus memaintenance blog keroyokan ini dan lain-lain sebagainya.

Monetisasi itu menarik layaknya magnet, logikanya siapa sih yang tidak tertarik dengan uang? Akan tetapi dibalik daya tariknya yang kuat, monetisasi pada platform blog pun memiliki sisi kelam.

Sebagaimana monetisasi dapat meningkatkan produktivitas namun hal tersebut menyimpan imbas meningkatnya pula konten-konten berkualitas rendah. 

Monetisasi dapat membuat orang akan terpacu menulis tetapi dengan kualitas ala kadarnya, semisal judul bombastis tetapi isinya receh. 

Alhasil konten-konten inilah yang menyebabkan efek jangka panjang pada siklus hidup platform blog dimana pengunjung halaman blog menjadi jenuh, skeptis (tidak percaya), lama-kelamaan mulai berkurang, dan platform gulung tikar.

Kemudian monetisasi dapat juga mendorong meningkatnya plagiarisme. Iming-iming mendapatkan penghasilan dari menulis secara tidak langsung menuntut daya kreativitas pribadi yang mumpuni. Permasalahannya, tidak semua individu memilikinya. 

Alhasil untuk mengakalinya mereka berkreasi menggunakan karya orang lain atau mempublikasi ulang isi dari media-media yang telah ada. Konten-konten yang dipublikasi akan terlihat monoton dengan sedikit perubahan sebagai formalitas belaka.

Monetisasi pun dapat memicu eksodus kontributor berkualitas ke platform lain. Traffic konten yang terlampau tinggi disertai merajalelanya plagiarisme dapat membuat atmosfer tidak nyaman bagi mereka yang menjunjung kualitas dalam menulis. Namun hal ini sekiranya masih dapat dicegah bilamana proses editorial ketat pada platform tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline