Lihat ke Halaman Asli

Surya Ferdian

Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Demi Bisnis, Asbestos "Dipaksa" Aman

Diperbarui: 11 Juli 2019   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Krisotil menghidupi banyak pekerja dan dunia membutuhkan krisotil untuk membangun lebih banyak," ujar Dmitri Selianin, perwakilan serikat perkerja crisotil dari Rusia. 

Bukan pertama kali Dmitri hadir sebagai pihak intervensi pada pertemuan Konvensi Rotterdam membahas daftar barang/zat yang mengharuskan prior information consent (PIC) dalam transaksinya. Alasan bahwa banyak pekerja "terhidupi" dari industri krisotil dan kebutuhan bahan bangunan yang murah pun berulang-ulang dia kemukakan. Setidaknya dalam empat pertemuan konvensi Rotterdam berturut-turut, Dmitri adalah wakil suara pekerja industri krisotil yang diperdengarkan di dalam pertemuan dunia tersebut.

Bersama 10 negara yang menolak krisotil masuk dalam daftar barang dalam list Konvensi Rotterdam, Dmitri kembali memperpoleh kemenangannya. Krisotil masih belum didaftarkan di dalam list barang konvensi Rotterdam di tahun 2019.  

Walau lembaga dunia seperti WHO, ILO dan peneliti yang tergabung dalam chemical review committee (CRC) sudah menyatakan bahwa segala jenis asbestos, termasuk krisotil, berbahaya bagi kesehatan, namun Rusia, Kazakhstan, Zimbabwe, India, Syria, Pakistan, Kirgistan, masih saja menolak krisotil masuk dalam daftar barang yang harus diawasi pergerakannya lewat PIC. Sementara Venezuela, Iran, dan Kuba masih ragu untuk memberi pendapat dan berposisi karena masih minimnya informasi dan riset yang ditemukan.

Korban Tidak Diengar

Selain Dimitri Selianin ada Subono yang juga perwakilan (organisasi) pekerja yang hadir di triple cop Jenewa 2019. Kedua perwakilan ini saling berkebalikan, Subono adalah korban krisotil yang ingin krisotil dilarang diperdagangkan di seluruh dunia.

8 Mei 2019, Subono menyampaikan kekhawatirannya terhadap krisotil yang masih diperdagangkan bebas di Indonesia dihadapan peserta sidang konvensi Rotterdam. Dia adalah satu dari 24 penyintas korban asbestos krisotil yang menderita akibat perusahaan tempatnya bekerja menggunakan krisotil sebagai bahan baku produknya. Di PT Siam Indo Concrete Produk, Perusahaan investasi Thailand, dia bekerja di bagian produksi atap asbes bergelombang. Dari hasil pemeriksaan medis, Subono terindikasi terkena penyakit disebabkan asbes, asbestos related disease, (ARD).

Dihadapan perwakilan 180 negara, dan puluhan organisasi non pemerintahan internasional, Subono kembali mengingatkan warga dunia bahwa korban asbestos terus berjatuhan. Untuk itu dia meminta para delegasi peserta pertemuan untuk sepakat mutlak memasukan krisotil kedalam daftar barang yang harus di hentikan penggunaannya.

Sambil tercekat, dia menyampaikan,

"Kita tahu kebohongan penggunaan krisotil yang aman. Saya bekerja di kondisi kerja yang tidak manusiawi dan berdebu tanpa APD standar. Ini membuat saya dan teman-teman saya sering mengalami sakit, batuk, sesak napas, kelelahan. Pemeriksaan yang dilakukan perusahaan adalah rahasia perusahaan dan tidak dapat diakses."

Lalu dia melanjutkan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline