Lihat ke Halaman Asli

PDIP Dicibir Publik, Prabowo "Loncat Pagar"?

Diperbarui: 8 September 2020   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harianterbit.com

SAAT masih duduk di bangku SMA, penulis kerap diberi tahu soal politik oleh saudara yang kebetulan seorang anggota dewan di Kabupaten Sumedang. 

Menurutnya, politik itu adalah seni. Seni dalam mengelola berbagai kemungkinan menjadi mungkin, dengan mengunakan cara-cara yang humanis. Politik itu adalah seni hidup di tengah perbedaan. Alhasil tak heran jika orang yang ingin berpolitik akan dikuasai dan selalu lahir dari perbedaan itu sendiri.

Dilihat dari kacamata idealis, pernyataan dan ulasan tentang ucapan saudara penulis di atas boleh jadi benar, dan harus begitu adanya. Namun jika kita menengok pada realitas yang terjadi, idealis itu hanyalah pemanis bibir yang mudah diucapkan namun enggan dan bahkan jauh dari dunia politik praksis. 

Namun, realita yang tampak hari ini, panggung politik di tanah air sudah tidak lagi menampilkan seni politik sesungguhnya. Yang kerap muncul bahkan cenderung digemari para politisi adalah politik kepentingan yang sangat destruktif. 

Untuk apa? Ya, untuk mengamankan kepentingan itu sendiri. Akhirnya, agama, budaya, partai, ideologi, golongan bahkan harga diri pun gampang bahkan direlakan untuk dipolitisasi demi menggapai kepentingan politis individu maupun kelompok. 

Bicara politik saat ini, khususnya soal hiruk pikuk Pilpres 2024 yang perbincangannya sudah mulai hangat. Bukan rahasia umum, bahwa hubungan PDI Perjuangan (PDIP) yang dinahkodai Megawati Soekarnoputri dan Partai Gerindra yang digawangi Prabowo Subianto tengah harmonis. 

Banyak yang percaya, harmonisnya kedua pucuk pimpinan partai politik tersebut di atas tak lepas dari kepentingan politik menuju ajang perebutan kursi Indonesia 1 dan 2 yang akan digelar sekitar empat tahun lagi. 

Sebagaimana banyak diberitakan beragam media masaa tanah air, Partai Gerindra kemungkinan besar akan mengusung Prabowo Subianto. Sementara PDIP kuat dugaan akan mengusung Puan Maharani sebagai pasangan calon Presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024. 

Karena itu cukup bisa dipahami jika kedua partai politik ini begitu "mesra" lantaran keduanya bisa saling menutupi kekurangan. 

Patut diakui, PDIP adalah partai terbesar tanah air saat ini. Mereka adalah kampiun pemilu dua kali berturut-turut. 

Sebagai pemenang pemilu pada pemilu 2019, PDIP mampu mengantarkan 128 orang kader-kader terbaiknya duduk manis di kursi DPR RI. Jumlah ini sudah cukup untuk bisa mengusung pasangan calon Pilpres 2024 jika mengacu pada ambang batas pencalonan atau presidential threshold, yakni minimal 20 persen dari jumlah total kursi DPR. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline