Lihat ke Halaman Asli

Salma Sakhira Zahra

Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Normal dan Psikopat (2)

Diperbarui: 9 Oktober 2020   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ragatha, pria ini lahir dengan paras tampan dan rambut cokelatnya yang alami. Ragatha sejak umur 3 tahun sudah dipertemukan dengan bandul karena ayahnya sangat suka bandul. Tenang, ayahnya tak memanfaatkan untuk hal-hal aneh.

Ragatha lahir pada dini hari, saat itu di depan rumah sakit sedang terjadi aksi pembunuhan sistematis. Modusnya pengembalian buku terus langsung dibunuh. Ragatha merengek saat itu. Ya... ibunya bangga, entah, ya.

Ragatha di umurnya yang ke-3 tahun langsung mengenal bandul dengan sendirinya. Ada rantai emas kecil yang tersambung dengan bulatan menggembung yang mirip dengan bulatan emas gong. "Eh, fungsinya apa sih?" penasaran Ragatha saat itu. Dia menggoyangkan bandul itu tanpa ada takut. "Sayang, jangan mainkan bandul Ayah!" , "Tapi Ma, bandul ini sayang sekali tidak dibawa kemana-mana!".

"Tuinging, Tuinging, dul, bandul!" serunya.

Ragatha didaftarkan di sekolah unggul yang isinya pelajaran berhubungan dengan IPA karena ia berhasil menjawab satu pertanyaan yang dari dahulu tidak berani dijawab oleh semua murid disana.

'Halo, nama aku A dari Universitas X. Aku adalah seorang mata kilat yang tercipta dengan sendirinya. Haha, jujur, aku memang melatih mata ini awalnya agar dijauhi wanita, tapi kenapa jadi asyik sendiri?

Aku memanfaatkan mata kilatku untuk melihat satu benda mati saat itu yaitu pisau. Kata orang, pisau itu membuat semuanya mudah terpotong. Ah, bohong.

Mata kilatku juga digunakan untuk menatap wanita yang sangat aku benci hanya karena seorang wanita yang terus menjelaskan rumus Kimia dari awal sampai akhir. Durasinya 10 menit. Ingin ku memanfaatkan rumus itu untuk menghancurkan hidupnya.

Ya... kau tahu apa yang ia lakukan ketika ia kutatap dengan tatapan tingkat tinggi? Hanya sebuah pisau yang ia cat membentuk sesuatu.

"Itu kamu suatu saat, ehm!!!".

Seketika aku dendam, awas ya, aku balas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline