Lihat ke Halaman Asli

Salman Faris

Dokter Umum, Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mataram NTB

Langit Jakarta Menangis: Tragedi yang Terus Berulang karena Sistem yang Busuk

Diperbarui: 30 Agustus 2025   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Langit Jakarta sudah sering menjadi saksi tragedi dalam riak arus perubahan. Yang terbaru kisah tragis Affan, sang pahlawan keluarga, seorang ojek online wafat dilindas kendaraan taktis barracuda Brimob Polda Metro Jaya ketika demo menuntut pembubaran DPR yang berakhir ricuh, Kamis, 28 Agustus 2025.

Dahulu ada peristiwa wafatnya mahasiswa FKUI Arif Rahman Hakim tahun 1966 silam yang menjadi ikon perlawanan rakyat dan menjadi serangan balik bagi pemerintah Orde Lama yang berakibat lengsernya Presiden Soekarno pada 1966.

Tiga puluh tahun kemudian Jakarta bergolak kembali ketika Orde Baru sebagai pengganti Orde Lama dinilai korup dan digantikan oleh orde Reformasi. Berbagai peristiwa seperti aksi penjarahan dan kerusuhan, insiden Trisakti, pendudukan gedung DPR/MPR,  memakan korban nyawa hingga 1.190 orang di Jakarta menurut Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).

Sekian banyak korban tragedi Reformasi tersebut adalah harga yang harus dibayar demi munculnya tatanan baru sebagai pengganti orde Baru yang dinilai telah busuk. Era reformasi pun berjalan hingga beberapa kali dihiasi pemilu paling demokratis di Dunia.

Era yang sekarang kita nikmati sesungguhnya adalah impian perjuangan Reformasi terdahulu. Dan Rezim yang sekarang berkuasa adalah Rezim yang dulu diperjuangkan sebagai pengganti kezaliman dan KKN nya orde Baru. Namun, Apakah kita tidak sadar bahwa siklus kezhaliman, korupsi, ketimpangan itu kini terjadi lagi?

Maka, di atas semuanya, kita seluruh anak bangsa seharusnya sadar,  apakah kita membeli sesuatu yang memang layak dibeli dan membayar sesuatu yang memang layak dihargai? Tuntutan rakyat saat ini tidak jauh jauh dari demokratisasi yang dianggap sebagai jawaban atas korupsi, tingginya pajak, mahalnya lapangan kerja dan kesenjangan ekonomi. Kita sering berteriak menggalang perjuangan demi demokrasi. Padahal faktanya mesin produksi KKN adalah demokrasi itu sendiri. DPR dan Pemerintah yang sekarang sedang dikecam adalah hasil proses demokrasi mahal pada pemilu langsung silam.

Selain itu, mesin produksi kesenjangan ekonomi dan sosial adalah kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme melahirkan model negara yang dikuasai oleh segelintir oligarki, menindas mayoritas rakyatnya sendiri. Kapitalisme juga melahirkan pajak yang tinggi karena kepemilikan sumber daya alam jatuh ke tangan swasta dan negara hanya memiliki Pajak sebagai sumber penghasilannya.

Jika demikian adanya, spakah nyawa kaum Muslim kini tumpah adalah demi mendapatkan hadiah berupa rezim yang korup pada masa berikutnya dalam sistem Kapitalisme. Apakah nyawa anak bangsa yang hilang hanya untuk menanti kezholiman lain yang disediakan oleh demokrasi yang busuk ini?

Pada akhirnya semua yang kita perjuangkan akan bermakna jika dalam rangka takwa dan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sungguh nyawa muslim terlalu mahal untuk menjadi tumbal demokrasi kufur ala Barat yang hipokrit.

Perjuangan kita seharusnya berjalan dengan panduan Islam demi mewujudkan pemerintahan terbaik yakni Khilafah ala minhaj An Nubuwah. Hanya ini lah yang tersisa dari sekian platform perubahan yang kita miliki. Selebihnya hanya kebusukan sistem dan rezim yang kita terima dengan mengorbankan darah rakyat yang tidak sedikit. Semoga Allah mengampuni kita semua, dan menerima amal shalih para pejuang pembela hak rakyat.[]FS

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline