Lihat ke Halaman Asli

KKN Tematik UPI 2022: Asmara dan Keluarga Menjadi Pemicu Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Diperbarui: 15 Agustus 2022   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bandung, 2022 -- Dewasa ini perempuan dan anak kerap mengalami perlakuan tidak manusiawi bahkan ditempat tinggalnya sendiri, kekerasan terhadap perempuan dan anak seolah menjadi kasus yang tidak kunjung selesai, budaya patriaki yang menguasai pola pikir masyarakat menjadi faktor terjadinya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. 

Perempuan selalu dipandang sebagai makhluk yang tidak berdaya, stigma laki-laki mendominasi apa yang ada di dunia menjadi ancaman  paling nyata kaum perempuan. Melihat fakta yang ada kami sebagai mahasiswa tergerak menjadi fasilitator dengan mengikuti program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). 

Mahasiswa UPI 2022 melaksanakan program kerja yang disusun dalam program KKN Tematik guna mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai wujud kepedulian terhadap peningkatan kasus tersebut.

KemenPPPA mencatat adanya kenaikan dalam tiga tahun terakhir yaitu berjumlah 26.200 kasus kekerasan pada perempuan. Pada 2019 tercatat sekitar 8.800 kasus kekerasan pada perempuan, kemudian 2020 sempat turun diangka 8.600 kasus, dan kembali mengalami kenaikan berdasarkan data hingga November 2021 diangka 8.800 kasus. 

Jenis kekerasan yang dialami perempuan paling banyak adalah kekerasan fisik mencapai angka 39%, kekerasan psikis 29,8%, dan kekerasan seksual 11.33%.

Bersama masyarakat Kelurahan Kebon Kangkung khususnya RW 01, kami mewujudkan apa yang telah direncanakan guna mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan mengusung tema desa ramah perempuan kami mengadakan kegiatan seminar pada Sabtu 30 Juli 2022 dari pukul 07.00 -- 10.00 di kantor RW 01 Kebon Kangkung. 

Seminar tersebut dihadiri oleh Ikeu Mustika beliau merupakan ketua Depertemen P4 Bumi Perempuan Nusantara sekaligus narasumber pada seminar toxic relationship. Ikeu Mustika atau yang akrab disapa teh Ikeu memaparkan materi mengenai ciri-ciri toxic relationship yang terjadi dilingkungan remaja. 

"Ketika Cinta Menjadi Luka" tema yang kami gunakan dalam seminar ini di dasari fakta bahwa ketika jatuh cinta anak remaja cenderung tidak dapat membedakan perlakuan lawan jenisnya, sehingga mereka tidak menyadari bahwa sedang berada dilingkaran toxic relationship. 

Teh ikeu mengatakan bahwa " toxic relationship adalah sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku beracun yang dapat merusak fisik dan emosional diri sendiri atau pasangan kita" . 

Jika dibiarkan toxic relationship ini dapat menyebabkan cemas dan stres yang berlebih, mempunyai masalah kepercayaan baik terhadap diri sendiri (insecure) atau terhadap orang lain, merasa tidak nyaman dan aman, menyebabkan terganggunya kesehatan mental bahkan trauma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline