Lihat ke Halaman Asli

Saeran Samsidi

Selamat Datang di Profil Saya

Lesmana Mandrakumara Capres 2019?

Diperbarui: 29 Juli 2018   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Lesmana Mandrakumara Calon Presiden 2019? Ah, ana-ana bae.Sapa si,  Lesmana Mandrakumara? Apa hubungannya dengan Capres 2019? Apa ada jago baru selain Jokowi dan Prabowo? Apakah ini jago dari poros ketiga yang digagas oleh Patih Sengkuni untuk memenangkan Perang Bharatayudha? Lha ... lha .. Pilpres 2019 ko direcoki Perang Bharatayudha? Ngaco!

Mangga-mangga, nyruput kopi dulu agar tenang, jangan keburu sewot. Dulu pada palagan pertama tahun 2014, antara Prabowo melawan Jokowi saya menulis di Kompasiana, Bawor Capres 2014 (11 Maret, 2014) dan Bawor Dadi Raja Dudu Petruk Dadi Ratu (20 Maret, 2014). Pertarungan di jagat politik saya analogikan dengan kisah-kisah jagad pakeliran wayang Tanah Jawa. Jokowi saya gambarkan perwatakannya seperti Bawor.

Waktu itu, banyak orang meragukan kemampuan Bawor Capres 2014 ini. Katanya,  sama dengan cerita Katak Hendak Jadi Lembu atau si Pungguk Merindukan Bulan, Megawati justru menunjukkan pribadi negarawan. Hak prerogratif yang dimilikinya tidak digunakan untuk  dirinya atau untuk trah Soekarno.  Jaleswari Pramodhawardani (Kompas 15/3/2014) menyebutnya sebagai transfomasi politik. Jokowi, merupakan representasi dari transformasi kepemimpinan baru yang diharapkan jadi pelopor kepemimpinan kaum muda.

Nyong, uga ngguyu, maca gugon tuhonne emake Sukardi Rinakit (Kompas) sing jere kang ramalan Jayabaya.  Pada suatu masa nanti, bekas kerajaan Majapahit akan lebih adil dan makmur apabila dipimpin oleh anak yang lahir di dekat Gunung Lawu, rumahnya pinggir sungai, masa kecilnya susah, tukang cari kayu, badannya kurus seperti Kresna, keras kepala seperti Baladewa, kalau memakai baju tidak pantas, ada tahi lalat di pipi kanannya.

Nah ... nah ... temenan mbok dadi kasunyatan. Karena itu, Jokowi layak untuk melanjutkan dua periode. Tapi, palagan babak kedua pada tahun 2019 akan lebih seru karena para kompentitor Bawor, eh ... Jokowi  jauh sebelum kampanye sudah membekoarkan #2019 Ganti Presiden. Mantan lawan Bawor, di Bukit Hambalang Prabu Hambalang masih bekah-bekuh untuk mengkonsolidasikan para bala konco-konconya. Mereka masih usreg rebutan siapa yang akan jadi maha patihnya.

Ooooo ..... bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip.Tan kocapa, Prabu Suyudana, nggih niku sinuwun  ingkang jumeneng wonten ing Kerajaan Cikeas dengan putra mahkotanya Raden Lesmana Mandrakumara kiranya sudah dapat deal-deal kesepakatan dengan Prabu Hambalang untuk menantang Bawor, eh, Jokowi. Maka, para cecunguk yang mengerubuti Prabu Hambalang jadi pada  gigit jari, mlongo.

Memang belum jelas benar, apakah Raden Lesmana Mandrakumara yang akan menjadi cawapresnya Prabu Hambalang atau malah menjadi capres sesuai harapan ayahandanya atau menjadi cawapresnya capres selain Prabu Hambalang? Entahlah semua masih teka-teki, semua masih penuh misteri.

 Fenomena  over parenting,

Para sedulur yang mencintai jagad pewayangan pasti sudah tahu siapa Raden Lesmana Mandrakumara. Bagaimana kisah lika-liku cinta dan perselingkuhan antara Prabu Suyudana, Banowati sang permaisuri dan selingkuhannya lelaning jagad Raden Arjuna. Akibatnya Prabu Suyudana sangat memanjakan sang putra  Raden Lesmana Mandrakumara yang dijadikan putra mahkota dan digadhang-gadhang akan menjadi presiden menggantikan ayahandanya.  

Para fans, Ki Manteb sing pancen oce, pasti tahu kisah Raden Lesmana Mandrakumara kalah bersaing rebutan cewek dengan Bambang Irawan dan Abimanyu serta betapa sombong dan foya-foyanya Mas Lesmana ini ketika Wahyu Cakraningrat manjing ke dalam dirinya yang akhirnya oncat melebur ke Abimanyu yang putranya kelak Parikesit menjadi penerus tahta Amarta.

Ooooo ..... bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip. Orang tua yang sangat memanjakan, mengharapkan sang putra untuk selalu menuruti kata dan harapan orang tua, menurut para ahli atau ilmuwan di bidang keluarga keadaan ini disebut fenomena over parenting. Mengutip tulisan Wahyuni Susilowati di Kompasiana (25 Juli, 2018) berjudul  Mengebiri Kedewasaan Anak dengan "Over Parenting".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline