Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Ngeteh Ala Sunda dan Jawa

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13954644211836361829

[caption id="attachment_316562" align="aligncenter" width="300" caption="foto by brilliant faa"][/caption]

Setiap daerah memiliki kekayaan warisan budaya masing-masing. Semua itu kita peroleh dari kebiasaan nenek moyang kita sejak dahulu kala yang kemudian kita teruskan sampai saat ini. Kebiasaan setiap daerah tentu berbeda pula, walaupun pada intinya mungkin memiliki kemiripan. Termasuk tradisi "Ngeteh".

Sunda dan Jawa, berdekatan tapi tak sama. Akan tetapi maksud dan tujuan Ngeteh  sama, yaitu untuk menjalin silaturahmi sesama masyarakat, menjalin kekerabatan dan kebersamaan. Teh tawar dan teh manis itulah yang membedakannya.

Ketika berkunjung dalam sebuah pertemuan warga baik di Sunda ataupun Jawa pasti kita akan menemukan minuman yang tidak asing lagi yaitu teh, dalam kata lain wedang. Ketika berada pada perkumpulan masyarakat sunda teh yang disajikan adalah teh tawar atau teh pahit (tanpa gula). Sedangkan pada perkumpulan masyarakat jawa teh yang disajikan itu teh manis (pakai gula). Orang sunda bilang teh manis tidak enak dan orang Jawa bilang teh tawar juga tidak enak.

Setelah ditanyakan jawaban dari kedua daerah itu sama. Sahrudin (46) salah seorang warga sunda mengatakan "dari sejak saya kecil ya minum teh itu ya teh tawar, bukannya tidak pernah minum teh manis, tapi setiap saya ngeteh dengan tetangga tehnya ya teh tawar, sampai sekarang seperti itu". Sedangkan Lesmono (52) salah seorang warga jawa mengatakan "Teh manis itu perekat silaturahmi, itu kepercayaan kami dari orang tua jaman dulu, sehingga ini dijadikan kebiasaaan, jadi ya setiap aktifitas warga minum teh manis, ada beberapa orang yang minum teh tawar, itupun karena takut kena penyakit saja".

Semua itu memang kebiasaan dari setiap daerah yang tidak patut untuk dipertentangkan. Ini hanya sebagian kecil saja dari warisan budaya yang pelu dilestarikan. Toh makna yang terkandung di dalamnya juga baik pula. Pada intinya adalah sama, Ngeteh sebagai perekat kebersamaan dan gotongroyong.

"Budaya itu untuk di lestarikan, bukan untuk bahan perdebatan. Karena banyak sekali manfaat yang tersimpan di dalamnya".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline