Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rembulan di Atas Bayang Semu (i)

Diperbarui: 17 Juli 2019   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mas Hario Dalemlah yang kemudian berpaling. Meskipun demikian ia bergumam:

"Paman jangan mencoba melemahkan hatiku. Apakah paman ingin memaksa aku untuk berbuat seperti paman itu. Meletakkan senjata ini dan merunduk-runduk kepada orang Mataram untuk menjadi pekatik atau pencari rumput".

"Tidak," sahut Panitis "Angger tidak dan akupun tidak"

"Lalu?"

Panitis menarik nafas dalam-dalam. Timbullah kebimbangan di dalam hatinya. 

Sudah pasti ia merasa kasihan kepada Mas Hario Dalem, menyaksikan orang muda yang gagah itu sedang goyang ketegarannya.

Tetapi Panitis itu terkejut ketika tiba-tiba ia mendengar Mas Hario Dalem berkata:

"Paman, aku bukan pengecut. Aku bukan orang yang takut melihat beberapa kekalahan kecil. Dan aku tak akan dapat digoyahkan oleh keadaan yang bagaimanapun juga. 

Lusa apabila Senggara telah berhasil mengumpulkan segenap orang-orang kita, maka aku benar-benar akan menghancur-lumatkan Kadipaten. Kali ini yang terakhir."

Berkata begitu tangan sang Hario sambil mengepal. Tetapi sejenak kemudian iapun berkata lirih seolah hanya ditujukan pada dirinya sendiri: 

"Kalau aku tidak berhasil menguasai kadipaten ini, maka lebih baik pusat negeri itu aku hancurkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline