Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rusman: Artikel Makna Falsafah "Sawang Sinawang"

Diperbarui: 31 Maret 2019   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Rus Rusman.

Kehidupan orang Jawa memang penuh dengan pitutur (nasehat) yang diwariskan secara turun temurun dari para pendahulunya. 

Pitutur itu umumnya dalam bentuk kalimat atau ujaran yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai luhur, yaitu nilai yang merupakan kristalisasi dari pengalaman-pengalaman nyata para leluhur.

Berbeda dengan jaman "now" yang umumnya cara sosialisasinya menggunakan media massa atau media sosial, untuk pitutur-pitutur ini para orang tua kita hanya menggunakan cara informal, seperti keluarga, lingkungan tetangga, atau lewat media cultural.
Media cultural yang dimaksud misalnya pentas wayang, kethoprak, ludruk, dsb.

Salah satu butir kalimat yang sering menjadi pedoman bagi kehidupan wong Jawa adalah: 

"Sawang Sinawang" (Saling Memahami).

Pemahaman kita tentang makna sawang sinawang ini umumnya sama, ialah bahwa orang hidup itu tak semudah yang dilihat orang, tak seindah pandangan orang lain. 

Apa yang kita saksikan dari luar seolah-olah "kehidupan si dia itu kok selalu mulus ya, seperti tak pernah menemukan kendala apapun,".

Ternyata belum tentu seperti itu.

Jadi kehidupan setiap orang itu bersifat relatif, tergantung dari bagaimana cara memandang kita, cara memaknai kita dan cara menyimpulkan kita.

Mereka yang hidupnya terlihat indah dan nyaman, siapa tahu sesungguhnya tidak seperti itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline