Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rusman: Artikel Makna Falsafah "Sawang Sinawang"

15 Januari 2019   11:37 Diperbarui: 31 Maret 2019   01:26 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Rus Rusman.

Kehidupan orang Jawa memang penuh dengan pitutur (nasehat) yang diwariskan secara turun temurun dari para pendahulunya. 

Pitutur itu umumnya dalam bentuk kalimat atau ujaran yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai luhur, yaitu nilai yang merupakan kristalisasi dari pengalaman-pengalaman nyata para leluhur.

Berbeda dengan jaman "now" yang umumnya cara sosialisasinya menggunakan media massa atau media sosial, untuk pitutur-pitutur ini para orang tua kita hanya menggunakan cara informal, seperti keluarga, lingkungan tetangga, atau lewat media cultural.
Media cultural yang dimaksud misalnya pentas wayang, kethoprak, ludruk, dsb.

Salah satu butir kalimat yang sering menjadi pedoman bagi kehidupan wong Jawa adalah: 

"Sawang Sinawang" (Saling Memahami).

Pemahaman kita tentang makna sawang sinawang ini umumnya sama, ialah bahwa orang hidup itu tak semudah yang dilihat orang, tak seindah pandangan orang lain. 

Apa yang kita saksikan dari luar seolah-olah "kehidupan si dia itu kok selalu mulus ya, seperti tak pernah menemukan kendala apapun,".

Ternyata belum tentu seperti itu.

Jadi kehidupan setiap orang itu bersifat relatif, tergantung dari bagaimana cara memandang kita, cara memaknai kita dan cara menyimpulkan kita.

Mereka yang hidupnya terlihat indah dan nyaman, siapa tahu sesungguhnya tidak seperti itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun