Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rusman: Wayang, Saat Perkemahan Rahwana Hancur Berantakan

Diperbarui: 28 Februari 2019   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Prabu Arjunasasrabahu bertiwikrama merubah wujud menjadi raksasa sak gunung anakan dan tidur melintang di sungai Narmada maka terbentuklah sebuah danau yang amat luas.
Ah, senangnya Dewi Citrawati menyaksikan hal itu. Iapun segera terjun kedalam air dan mengajak semua istri sang prabu untuk mengikutinya. 

Tentu saja hal ini adalah pemandangan yang amat menarik. Bayangkan, seribu lebih wanita cantik berenang ke sana kemari dengan pakaian yang sangat tipis. Heem ... mereka bercanda, bersuka cita penuh kegembiraan dan gelak tawa. Sungguh menggemaskan tentu.


Sementara itu sungai Narmada yang terbendung semakin lama semakin meninggi airnya. Danau itu kian meluas dan melebar menggenangi perbukitan dan daerah sekitarnya. Tentu saja lama kelamaan mengalir deras ke daratan yang lebih rendah.
Luapan air itu terjun dari tempat yang tinggi laksana air bah melanda persawahan dan perbukitan. 

Kondisi ini tak disadari oleh Prabu Arjunasasrabahu sebab sang raksasa itu dalam keadaan
tidur bertiwikrama.
Sedangkan Dewi Citrawati dan wanita lain yang sedang asyik bercengkrama ria di danaupun juga tidak menyadari sama sekali.

Tersebutlah sebuah negeri kecil bernama negeri Sakya yang letaknya tidak jauh dari lokasi bendungan maespati. 

Di sebuah perbukitan yang lebih rendah bernama bukit Janakya terdapat sepasukan raksasa dari kerajaan Alengkadiraja sedang mendirikan perkemahan.
Pasukan itu dipimpin langsung oleh ratu gustinya, yakni Prabu Rahwana atau Dasamuka yang juga didampingi oleh paman sekaligus patihnya, ialah Patih Prahasta. 

Saat itu pasukan Rahwana sedang dalam misi penaklukan daerah sekitar, tujuannya untuk memperluas wilayah Alengka sehubungan dengan kedudukannya sebagai seorang raja muda.

Sungguh siapa yang menduga kalau perkemahan itu akhirnya harus terjangkau oleh luapan air bendungan. Mula-mula hanya suara air yang bergemuruh dari kejauhan, disusul datangnya air yang mengalir cukup deras. Dan tak seberapa lama luapan air bah itu melanda tanpa memberi kesempatan pasukan raksasa itu untuk berkemas-kemas.

Demikianlah banjir bandang melanda perkemahan Rahwana. Suara jeritan, teriakan dan raungan para raksasa yang terlanda air mengagetkan Prabu Rahwana dan Patih Prahasta yang saat itu sedang beristirahat. 

Maka tak ampun lagi dalam sekejap, bangunan pesanggrahan Rahwana ludes dilanda air bah.
Raja raksasa dan para hulubalangnya yang bisa terbang, segera anggegana menyelamatkan diri ke puncak gunung. 

Di belakang mereka diikuti para raksasa pengikutnya yang berlari-lari cepat mendaki bukit yang lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline