Lembaga Survey LSI Denny JA tanggal 10 Oktober kemarin merilis hasil survey Capres 2024. Mereka melakukan stimulasi dengan menyodorkan 9 paslon kepada respondennya dimana hasil akhir survey menempatkan pasangan Ganjar-Airlangga menempati tempat teratas dengan angka 24,9%.
Di tempat kedua tertera nama paslon Prabowo-Anies Baswedan dengan angka 14,8% dan tempat ketiga dengan paslon Anies Baswedan-AHY dengan angka 13,4%. Kenapa ya Ganjar bisa unggul sekitar 10% diatas Prabowo dan Anies. Nanti dibawah kita coba analisa tentang ini.
Di sisi lain kalau melihat daftar paslon yang disusun LSI Denny JA terlihat kurang lengkap dan kurang komprehensif di mata penulis. Yang pertama angka responden tidak menjawab terlalu tinggi yaitu 22,7%. Itu bisa berarti responden kurang tertarik dengan formasi nama yang disodorkan.
Juga entah kenapa Ganjar hanya punya 1 calon pasangan sementara Anies dan Puan masing-masing punya 2 alternatif pasangan , bahkan Prabowo malah punya 4 alternatif pasangan. Dimana nama-nama Cawapres hanya nama-nama seperti : Airlangga, Puan, Muhaimin Iskandar dan Sandiaga Uno.
Mengapa tidak ada nama-nama lain yang lebih "menggigit" seperti Ridwan Kamil, Gatot Nurmantyo,Mahfud MD dan Khofifah Indar Parawansa? Atau nama-nama seperti Susi Pujiastuti, Ahok, Yenny Wahid dan lain-lainnya?
Kalau saja LSI Denny JA juga menyodorkan nama-nama Kang Emil, Gatot, Mahfud dan Khofifah, hasil survey mungkin lebih komprehensif. Lebih mewakili kekuatan politik yang ada yaitu dari kalangan Nasionalis, Militer dan Islam.
Penulis sih paham Survey LSI Denny JA tersebut hanyalah " Test The Water". Entah ada yang memesannya atau tidak, karena sebenarnya sebelum ada nama-nama Capres-Cawapres yang resmi, survey elektabilitas Paslon-paslon belum perlu dilakukan karena hasilnya tidak bisa dijadikan acuan.
GATOT NURMANTYO, NAMA YANG TERLUPAKAN
Berbeda dengan saat menuju kontestasi Pilpres 2019, nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo waktu itu santer didengungkan masyarakat. Profil Gatot Nurmantyo saat menjabat Panglima TNI cukup popular dan membuat banyak orang terkesan sehingga banyak yang memfavoritkan namanya sebagai Capres 2019. Sayangnya waktu bergulir sehingga Gatot Nurmantyo pun menjadi terlupakan.
Kita tahu di negeri ini kekuatan politik yang kuat berpengaruh adalah kalangan Nasionalis, Kalangan Islam dan kalangan Militer. Sejarah panjang negeri ini memang tidak lepas dari tiga kekuatan politik tersebut. Soekarno yang Nasionalis, Soeharto yang Militer, SBY yang semi militer dan Jokowi yang Nasionalis adalah catatan-catatan sejarahnya.
Rivalitas antara Nasionalis dan Militer sering terjadi. Di Pilpres 2019 terjadi pertarungan Nasionalis yang mengusung Jokowi dengan kalangan Militer yang mengusung Prabowo . Kubu Jokowi kemudian menggandeng kalangan Islam dan berhasil memenangkan Pilpres tersebut.