Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Pergantian Nama Jawa Barat Menjadi Sunda Pro dan Kontra, Apa Alasan Mereka yang Setuju?

Diperbarui: 2 Desember 2020   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Sunda (salamadian.com)


Penggantian nama Propinsi Jawa Barat menjadi Propinsi Sunda kian mencuat. Pada bulan Oktober lalu (12/10/2020) digelar diskusi Kongres Sunda yang memperbincangkan wacana penggantian nama menjadi Propinsi Sunda, bertempat di Aula Rancage Perpustakaan Ajip Rosidi, Kota Bandung.

Hadir dalam perbincangan itu beberapa sesepuh Sunda seperti Acil Bimbo, anggota DPD RI Eni Sumarni, Andri Kantaprawira, Ganjar Kurnia, dan sebagainya. Selain para sesepuh, kongres juga dihadiri oleh Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad Al Haddar untuk mendengarkan dan menampung aspirasi.

Fadel Muhammad, mantan Gubernur Gorontalo dua periode itu mendukung perubahan nama Jawa Barat menjadi Sunda. Menurutnya, ini sama dengan di Sulawesi, dimana Gorontalo merupakan satu-satunya propinsi di Sulawesi yang tidak menggunakan nama Utara, Selatan, atau Barat.

Di Irian Jaya juga ada Papua, di Sumatera ada Aceh, dan sebagainya.

Menurut politisi sekaligus pengusaha tersebut, Kongres Sunda perlu mengajak sesepuh lainnya yang lebih banyak, baik yang bermukim di dalam maupun di luar Jabar. Kalau sudah mendapatkan suara banyak, maka dirinya akan berkirim surat kepada Presiden Jokowi sebagai usulan.

Salah satu peserta kongres mengatakan kata "Sunda" dari Propinsi Sunda ini untuk memperkuat identitas, spirit, dan jati diri sebagai orang Sunda, alias sebagai suatu kebanggaan.

Namun wacana perubahan nama itu bakal banyak menimbulkan pro dan kontra. Menurut anggota Komisi I DPRD Jawa Barat, Ardy Yuhana, pro dan kontra itu muncul karena Jawa Barat ini terbagi menjadi beberapa klaster. 

Menurut saya, harus diadakan survei atau menampung pendapat dari klaster-klaster wilayah yang memiliki ciri khas tersendiri (agak berbeda dengan orang Sunda kebanyakan), seperti di Depok atau Bekasi yang agak berbau Betawi. Atau pun dengan Cirebon atau Indramayu yang berbau Jawa.

Di klaster-klaster tersebut, terjadi "campursari" baik dari segi bahasa, kesenian, maupun adat. Jika kita mendengar Cirebonan, hal itu dimaksudkan bahasa atau kesenian yang khas Cirebon atau Indramayu, yang campursari antara Sunda dan Jawa.

Mereka yang di Cirebon selain Sunda, mereka juga memahami Jawa. Begitu pula di Brebes yang secara geografis termasuk propinsi Jawa Tengah. Letaknya yang di perbatasan menjadikan mereka dapat memahami kedua budaya, baik Jawa maupun Sunda.

Jadi jika Jawa Barat diganti menjadi Sunda, maka ada potensi mereka yang di wilayah itu juga ingin membentuk propinsi tersendiri menjadi propinsi Cimaja (Cirebon Majalengka).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline