Lihat ke Halaman Asli

Terus Lakukan Hal Produktif dan Bermanfaat di Masa Pensiun

Diperbarui: 18 Juli 2017   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.finansialku.com

Tanpa terasa masa purnabhakti pun tiba. Ya, masa pensiun menjadi keniscayaan. Ketika seseorang harus undur diri dari rutinitas pekerjaan yang puluhan tahun sudah dilakukannya. Bagaimana menghadapinya?

Ada awal, ada akhir. Begitu ungkapan yang sering didengar. Setiap pekerjaan, jabatan, posisi pasti ada batasan ruang dan waktu. Karenanya sering diingatkan, ketika seseorang menduduki suatu posisi apapun itu, maka bekerjalah dan berikan yang terbaik. Posisi bukan kekuasaan akan tetapi tanggung jawab.

Sesungguhnya sejak awal bekerja sudah harus disadari bahwa suatu saat akan berada dalam masa pensiun. Jelang masa pensiun, menurut Dra. Indrawahyuni Graito., MPsi, Psikolog, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, seseorang membutuhkan kesiapan dan kemampuan menyesuaikan diri dengan 'dunia baru' yaitu lingkungan dan suasana pensiun.

Biasanya satu tahun sebelum pensiun ada Masa Persiapan Pensiun (MPP) atau kalau dalam organisasi masa akhir jabatan.

"Inilah saatnya berbagai persiapan dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan entah pembinaan rohani atau refleksi iman. Melalui berbagai bentuk pelatihan atau lokakarya untuk meluaskan wawasan, membangun kreativitas, menstimulasi keberanian berwirausaha. Yang pasti menguatkan ketahanan serta adaptasi memasuki suasana baru," papar psikolog yang akrab disapa Yanti ini.

Yanti menjelaskan, PPS (Post Power Syndrome) merupakan gejala-gejala psikologis pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya.

Sejumlah kehilangan dirasakan, mulai dari kehilangan fungsi eksekutif yaitu fungsi yang memberikan kebanggaan diri, terlebih kehilangan harga diri, kehormatan dan pengakuan terhadap dirinya, kehilangan kekuasaan atau kewenangan, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu.

Kehilangan orientasi kerja, bingung mau kerja apa, merasa sudah tidak berguna atau disisihkan, kehilangan sumber penghasilan dan kemudahan atau fasilitas terkait dengan jabatan terdahulu.

"Lumrah terjadi, yang menjadi penting seberapa 'parah' gejala psikologis dan perilaku yang ditampilkan," kata mantan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Persiapan yang sama juga disampaikan oleh Wesmira Parastuti, M.Psi,dari Wesmira Consultant.Selain pemahaman siklus kehidupan itu, seseorang perlu menyiapkan aktualisasi diri baru dan rencana cadangan yang selama ini lebih banyak dihabiskan di rutinitas kerja, bisa berupa mengembangkan hobi, kegiatan produktif lain, mewujudkan ide bisnis, dan lainnya.

"Sebaiknya memiliki agenda finansial atau investasi jangka panjang sehingga jika terjadi penurunan pendapatan yang dialami setelah pensiun, tetap dapat disiasati," ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline