Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Ketika "Fake News" Menjadi Ancaman Serius

Diperbarui: 12 Maret 2018   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.theatlantic.com

Gonjang ganjing dan kontroversi  pemilihan presiden Amerika tampaknya tidak akan reda dan berakhir dalam waktu dekat. Terlepas dari pertarungan politik yang sedang terjadi ada benang merah yang dapat ditarik dari kegaduhan ini yaitu peran dominan fake news.

Penyelidikan FBI akan peran "orang luar" dalam memengaruhi opini masyarakat Amerika dalam pemilihan presiden yang lalu membuktikan betapa dasyatnya penyaruh fake news ini sekaligus membuktikan di negara maju sekalipun pun masyakatnya sangat rentan terhadap fake news ini.

Hasil investigasi dan temuan  FBI terkait peran 13 warga Rusia dalam "mengintervensi" pemilihan umum di Amerika dengan menggunakan fake newsdalam mempengaruhi opini publik seolah membuktikan kedasyatan fake newsini.

The Science of Fake News

Gambaran betapa dasyatnya fake news ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dipublikasikan di Jurnal ilmiah Science tanggal 8 Maret yang lalu.

Hasil penelitian ini membuktikan  bahwa pengaruh fake news sudah merambah di hampir semua lini kehidupan masyarakat  termasuk politik, ekonomi dan sosial. Sebagai gambaran dalam periode 2006-2007 diperkirakan terdapat 126.000 rumor yang disebarkan oleh paling tidak 3 juta orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita fake news ternyata menjangkau lebih banyak orang jika dibandingkan dengan penyebaran berita benar.

Data empiris menunjukkan bahwa fake news yang masuk kelompok 1% terpopuler disebarkan oleh paling tidak 1000 sampai 100.00 orang, sedangkan berita benar dalam kategori kelompok yang sama  hanya disebarkan oleh sekitar 1000 orang saja.

Dasyatnya fake news mengalahkan berita mainstream di Facebook pada pemilihan presiden Amerika. Sumber: www.theatlantic.com

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat emosi dan kualitas fake news sangat berpengaruh terhadap kecepatan penyebarannya.

Dengan menggunakan dan menganalisis 60 juta berita yang ada di Facebook dan 48 juta berita Twitter gabungan peneliti dengan berbagai latar belakang berhasil mengungkapkan adanya pengaruh faktor sosial, psikologis dan teknis yang melatar belakangi mengapa fake news lebih cepat menyebar dan menjangkau lebih banyak orang.

Hal penting yang terungkap dari hasil penelitian ini adalah teknologi dan metode yang digunakan oleh penyebar fake news ini semakin lama semakin canggih sehingga jika kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menganalisis berita tersebut, maka kita akan sangat sulit untuk mengetahui bahwa berita tersebut sebenarnya adalah fake news.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline