Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ketika "Fake News" Menjadi Ancaman Serius

11 Maret 2018   20:57 Diperbarui: 12 Maret 2018   07:49 2672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.theatlantic.com

Dalam keadaan seperti ini kita secara tidak sadar menganggap fake news sebagai fakta karena fake news dibuat sedemikian rupa menariknya sehingga seolah olah sebagai fakta yang sedang terjadi.

Perwakilan Facebook, Twitter dan Google dimitai keterangan oleh senat dalam penyelidikan bulan October 2017 lalu di Washington, DC. Photo: Getty Images: Chip Somodevilla
Perwakilan Facebook, Twitter dan Google dimitai keterangan oleh senat dalam penyelidikan bulan October 2017 lalu di Washington, DC. Photo: Getty Images: Chip Somodevilla
Terkait dengan suburnya fake news di platform ternama seperti Google, Facebook dan Twitter gabungan peneliti ini menyatakan bahwa ketiga penyedia platform ini harus memiliki tanggung jawab baik dari segi etik maupun sosial karena  platform mereka sebagi ajang penyebaran fake news.

Apa itu Fake News ?

Secara sederhana fake news didefinisikan sebagai berita buatan yang meniru isi dan gaya berita di media yang umum ada namun tidak melalui proses pengeditan, penelitian keabsahan dan penyeleksian isi berita sebagaimana yang dilakukan oleh media resmi yang ada.

Contoh fake news yang melibatkan kantor berita ternama. Photo: Reddit
Contoh fake news yang melibatkan kantor berita ternama. Photo: Reddit
Fake news ini biasanya dibuat sedemikian rupa dengan menyusupkan berita bohong dengan tujuan merusak opini pembaca tanpa disadari oleh pembacanya. Dalam situasi seperti ini si pembaca biasanya menganggap bahwa berita tersebut benar apa adanya dan langsung menyebarkannya.

Sejarah Fake News

Jika kita kaji lebih dalam ternyata fake news bukanlah sesuatu yang baru. Fake news sudah ada sejak pada Perang Dunia I tahun 1920an di mana saat itu fake news lebih dikenal sebagai propaganda.

Saat itu media memang dikuasai oleh penguasa, sehingga isi berita dan penyebarannya dikontrol oleh penguasa. Di abad 20 ternyata norma seperti ini terus terproteksi walaupun teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya.

Secara normatif produk jurnalistik harusnya objektif dan seimbang dalam pembuatan dan penyebaran beritanya. 

Kepercayaan orang terhadap media massa mengalami titik nadir pada tahun 2016 lalu ketika di hampir semua pemberitaan di media massa utama Amerika disebutkan bahwa partai demokrat akan memenangi pemilihan presiden Amerika dengan persentase 51% dan kandidat partai republik hanya akan memperoleh 15% suara.

Namun apa yang terjadi selanjutnya membuka mata masyarakat Amerika ketika Trump memenangkan pemilihan presiden. Mereka kini menyadari bahwa selama ini apa yang mereka percayai sebagai berita benar yang diproduksi media massa ternama ternyata merupakan fake news yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu tanpa disadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun