Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Dilema Meluasnya Penggunaan Susu Formula Bayi

Diperbarui: 28 Juli 2017   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo: ichef.bbci.co.uk

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini bisnis susu formula bayi  dunia memang sangat besar. Angka pemasaran susu formula memang sangat masif yaitu mencapai US $300 milyar.  Angka ini terus mengalami kenaikkan dan dekaligus mencerminkan pesatnya perkembangan industri susu formula ini.

Dalam kehidupan modern saat ini, jumlah wanita yang aktif bekerja semakin tinggi.  Data empiris menunjukkan bahwa peningkatan  ini umumnya didominasi oleh dua hal yaitu  kebutuhan ekonomi dan juga alasan pengembangan karir wanita.

Tuntutan untuk meluangkan waktu yang lebih untuk keperluan kerja di luar rumah membuat waktu untuk menyusui anak semakin berkurang.  Dalam kondisi seperti ini tampaknya susu formula merupakan alternatif pemecahan masalah untuk menggantikan sebagian ASI bayi bayi.

Disamping kedua alasan ini, secara alamiah memang terdapat variasi produksi ASI pada wanita dalam periode menyusui. Ada wanita yang memproduksi ASI cukup dan bahkan berlebihan untuk bayinya, namun di lain pihak ada ibu menyusui yang tidak cukup memperoduksi ASI  untuk bayinya.

Berbagai alasan yang dikemukakan di atas membuat para ibu menyusui mulai menggunakan susu formula untuk tambahan. Namun perlu ditegaskan kembali walaupun kecenderungan penggunaan susu formula semakin meningkat, namun harus tetap diingat bahwa kualitas susu formula tidak akan pernah menyamai kualitas ASI.

Penemuan susu formula

Sebelum susu formula ditemukan dan diluncurkan pada tahun 1865, di Eropa keluarga yang ibu bayinya tidak memproduksi susu cukup biasanya menyewa wanita yang sedang menyusui.  Namun tentunya tidak semua keluarga mampu melakukan hal ini karena harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal.

Dalam mengatasi masalah kekurangan ASI ini mereka juga mengatasinya dengan memberikan susu kambing dan susu keledai sebagai susu tambahan untuk bayinya.

Saat itu penggunaan susu tambahan selain ASI memicu kematian bayi karena adanya kontaminasi bakteria akibat kurangnya pengetahuan akan higienis, sehingga  tidak heran di era tahun 1800 an angka kematian bayi sangat tinggi.  Angka kematian bayi tahun pertama sejak kelahiran yang tidak disusui dengan ASI mencapai 2 dari setiap 3 bayi.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa penemuan susu bayi ini sangat erat kaitannya letusan gunung Tambora.  Pada tahun 1815 gunung Tambora memuntahkan berbagai materi dan menyebabkan korban yang sangat besar.

Dasyatnya letusan gunung Tambora ini menyebabkan gunung ini terpangkas dan menjadi lebih pendek sekitar 1200m. Dampak letusan yang sangat dasyat ini menyebabkan muntahan gunung ini mencapai belahan bumi utara sehingga menutupi sinar mahatari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline