Di setiap fasilitas publik dan media apapun, pasti dengan mudah kita dapat menjumpai iklan. Iklan atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan pariwara, menurut Kotler (2002) dijelaskan, bahwa periklanan sebagai bentuk penyajian dan promosi tentang ide, barang atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerluka pembayaran.
Iklan atau pariwara sendiri berfungsi sebagai penawaran yang bertujuan untuk memengaruhi konsumen agar mereka tertarik terhadap suatu produk, dan akhirnya membeli produk tersebut.
Dan karena banyaknya perusahan yang ingin mempromosikan produk mereka, sampai akhirnya iklan saat ini menjadi poin utama dan penting bagi media untuk mendapatkan suatu keuntungan.
Salah satu contohnya yaitu iklan yang muncul dalam televisi, setiap detiknya perusahaan harus mengeluarkan jutaan bahkan ratusan juga agar televisi dapat menayangkan iklan produk mereka. Sehingga iklan mereka dikenal oleh masyarakat dan produk mereka laku dipasaran.
Tidak berhenti di sana saja. Untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat yang berperan sebagi konsumen, masing-masing perusahaan berlomba-lomba untuk menayangkan iklan yang apik, menarik, dan lucu serta yang penting asal dapat dimudah dan diingat oleh masyarakat pada umumnya, serta menjadi viral di berbagai media. Sehingga munculah berbagai jenis iklan di televisi dengan genrenya masing-masing. Ada yang bergenre romantis, lucu, aktual, dan lainnya.
Disisi lain, secara umum iklan di Indonesia lebih banyak menonjolkan iklan pada produk mereka. Dan bagaimana mempromosikan produk mereka dengan berbagai dalih yang menganggap produk mereka lebih baik dari produk sejenis yang lain.
Jarang sekali kita temukan iklan dengan tanpa menonjolkan produk yang diiklankan. Dan mungkin hanya 1 dari sekian iklan yang seperti itu. Sehingga iklan di Indonesia saat ini terkesan monoton dan begitu-begitu saja.
Padahal, iklan media yang ditayangkan dalam televisi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap gaya hidup masyarakat. Secara tidak langsung, masyarakat akan meniru berbagai adegan demi adegan yang ditonjolkan dari iklan tersebut. Dimana sebagian besar adegan demi adegan tersebut tidak ramah terhadap anak dibawah umur. Sedangkan, fakta di lapangan kebanyakan penikmat televisi adalah anak-anak di bawah umur.
Hal ini tentulah harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan para mediawan. Karena media mengenggam presentase yang cukup tinggi terhadap gaya hidup masyarakat, maka sebenarnya jika kita mau dapat dengan mudah saja media membentuk dan mengubah kepribadian masyarakat pada umumnya.
Contohnya saja dengan menampilkan tayangan iklan dan sejenisnya yang berbau romantis pada televisi, dan iklan tersebut tersebar dan viral di media. Maka secara tidak langsung media telah memberi contoh adegan romantis yang tak seharusnya mereka ketahui oleh anak usia dini.
Dan karena hal itu tersebar bebas, maka ketika anak kecil telah mempraktikkan adegan tersebut, jangan bingung mencari penyebab dari hal ini dengan menyalahkan pihak-pihak yang sebenarnya tak tahu-menahu seperti guru.