Lihat ke Halaman Asli

Kampung Kuta sebagai Guru Konservasi Hutan

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_140235" align="alignnone" width="600" caption="tempat pertemuan (dok.pribadi-Ronyalafgani)"][/caption]

Kuta mungkin sebagian orang tertuju ke Bali, namun Kuta disini ternyata lain. Kampung Kuta disini adalah lokasi wisata budaya yang berada di Kabupaten Ciamis. Lokasi tersebut terletak di Dusun Kuta Desa Karangpaninggal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Berada pada daerah lembahan, dan sepertinya agak curam ketika memasuk ke perkampungan tersebut, namun tetap sarana jalan sudah lumayan cukup baik.

[caption id="attachment_140236" align="alignnone" width="200" caption="mushola & rumah (dok.pribadi-ronyalafgani"][/caption] Apa yang menarik dari Kampung Kuta? Semua tertuju kepada hal yang berhubungan dengan sebuah budaya unikdalam menjaga hutan tetap lestari.

Dikampung tersebut ada yang namanya Hutan Larangan. Hutan tersebut dipelihara, dirawat, dan dijaga oleh masyarakat kampung. Tidak hanya menjaga hutan, ternyata masyarakat juga menjaga adat istiadat nenek moyang mereka. Semua aturan atau regulasi yang dibuat oleh nenek moyang mereka terus ditaati meskipun aturan tersebut (Adat) hanya sebatas pada lisan saja (oral) atau orang disana menyebutnya dengan sebutan “Pamali” (Amanah).

Orang luar atau pendatangn tak terkecuali tetap harus mengikuti norma dan etika adat setempat. Beberapa larangan atau “Pamali” antara lain tidak boleh meludah/jaga kebersihan, membangun rumah dari bahan tembok/semen, menggunakan atap dari bahan tanah liat seperti genting. Atap Rumah dan tembok rumah mereka hanya diperbolehkan menggunakan daun kelapa atau “Karari” dan “Bilik” (ayaman bamboo).

Apabila melihat kultur social masyarakat Kampung Kuta, sepertinya tidak berbeda jauh dari karakter masyarkatpriangan / sunda. Sikapnya yang ramah/ friendly, sopan, dan murah senyum merupakan salah satu ciri yang kentara terlihat.

Dari berbagai budaya yang cukup kaya dan unik ini, ternyata ada salah satu budaya dari mereka yang sangat menarik untuk kita pelajari dan ketahui, terutama tentang bagaimana cara mereka merawat hutan agar tetap lestari. Jika kita bandingkan keadaan diluar sana justru kondisinya cukup ironis. Upaya pelestarian hutan selalu saja ditemukan kendala dan permasalahan, seolah permasalahan tersebut tidak ada titik terangnya.

Ternyata setelah saya berbincang bincang panjang lebar dengan ketua adat Kampung Kuta, saya menemukan satu kunci yaitu “ KONSISTENSI”. Mereka benar benar mematuhi semua larangan dan amanah dari nenek moyang mereka tentang konservasi/ penyelamatan hutan, meskipun larangan dan aturan tersebuthanya dalam lisan saja. Bayangkan kondisi yang terjadi diluar sana, aturan sudan dibuat secara tertulis, disepakati oleh pejabat pejabat tinggi, namun apa yang terjadi dengan implementasinya ? Terkadang aturan tersebut menjadi bahan pembahasan argument yang terus menerus diperdebatkan tanpa sedikitpun mempertimbangkan keberhasilan tujuan.

Oleh karena itu dari kesederhanaan mereka, kita seharusnya dapat belajar bagaimana kita dapat belajar dari alam, mengharmonisasikan aturan aturan alam sehingga tercipta pola yang sistematis dan tetap berorientasikan kepada kemanfaatan untuk keberlangsungan kehidupan manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline