Lihat ke Halaman Asli

Ronald Anthony

Penulis Lepas

Saturday Morning #38 - "(Bukan) Imlek Biasa"

Diperbarui: 13 Februari 2021   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Setahun yang lalu rasanya tak pernah saya bayangkan imlek tahun depan(red:ini) akan berakhir seperti ini, kegiatan kumpul-kumpul, imlek yang penuh sukacita dan membahagiakan serta bagi angpao seperti kebanyakan keluarga tionghoa tidak dijalankan tahun ini, paling dapat angpao pun hanya dari keluarga inti saja.

 Yaps Tahun Kerbau Logam 2572 kali ini agak memprihatinkan, bahkan pergi paicia saja(paicia: silahturahmi ke rumah saudara/sahabat) tidak dilakukan tahun ini. 

Berdasarkan beberapa bacaan, Imlek sendiri berdasarkan sejarah pertama-tama bukan perayaan tahun baru tetapi adalah merupakan perayaan tibanya musim semi yang kalau dalam bahasa mandarin disebut sebagai "Cun Cie" (Cun =musim semi, cie=perayaan/hari raya). 

Perayaan dimana tanah bisa ditanami lagi dan juga udara mulai hangat setelah 4 bulan lamanya terjadi musim dingin. Maka Imlek sendiri sering identik dengan mei hwa, pertanyaanya kenapa mei hwa, hal ini karena mei hwa adalah salah satu bunga yang cepat tumbuh dan cepat berbunga.

Maka imlek kali ini pun tak biasa, jadwal dari pagi sampai siang hanya diisi duduk-duduk saja dan bahkan bisa tidur siang, sungguh bukan imlek yang sering dilakukan. 

Rutinitas tidur siang hampir tak pernah saya lakukan dalam masa imlek hari pertama. Pertanyaanya sebegitunya kah sampai-sampai tidur siang pun menjadi ukuran? Kali  ini saya harus menjawab lugas "INI BUKAN IMLEK BIASA". 

Dalam tradisi tionghoa sendiri hari imlek adalah hari kumpul-kumpul baik keluarga maupun sahabat, bahkan yang jauh-jauh juga berkumpul ke rumah orang tua, pergi makan besar atau istilahnya ko ciet atau ciak tua kai. Tak ada jalan-jalan kemana-mana semua keluarga pulang ke rumah orang tua untuk makan malam. Namun kali ini berbeda semua tidak bisa dilakukan. 

Padahal, kalau merunut pada tradisi tionghoa, inilah kumpul-kumpul keluarga besar, selain karena sembahyang kubur. Maka pada hari itu orang tionghoa yang mau pergi-pergi ditunda dulu. Semuanya harus ke rumah orang tua masing-masing. 

Tadi malam makan malam berlangsung seru atau yang dikenal dengan sa cap me. Yang dalam bahasa indonesia artinya adalah malam ketiga puluh(sa cap = tiga puluh, me= malam). 

Perayaan sa cap me dan merupakan salah satu  hari terpenting bagi hidup keluarga budaya tionghoa yang memakai penanggalan kalender cina. meskipun tidak hanya ornag tionghoa saja yang merayakan karena orang jepang, korea, vietnam, laos juga merayakan ini karena menggunakan penanggalan kalender cina, tidak peduli agama-nya apa.

Dalam makan besar sa cap me yang pasti ada menu non halal nya, yang pasti mie goreng menu yang pasti ada perlambang panjang umur dan rejeki yang tidak putus-putus, hekeng, capcai, sayur pintar, hisit dan sebagai macamnya. Malam SA CAP ME terakhir ditutup dengan ditutup dengan beres-beres rumah yang sebenarnya sudah dimulai beberapa hari jelang hari raya imlek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline