Lihat ke Halaman Asli

Prasetya Marisa

Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Perasaan Seorang Penulis Amatir Ketika Tahu Ada "Diary" di Kompasiana

Diperbarui: 22 September 2021   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Memiliki cita-cita menjadi penulis sejak sekolah dasar, tidak lantas membuatku menjadi seorang Haruki Murakami dalam satu malam. Cara menulisku sama payahnya dengan kemampuanku dalam menjawab soal SKD CPNS 4 tahun lalu. 

Kadang aku berpikir, mungkin dosen memberikanku nilai A untuk skripsiku karena kasihan denganku. Yang pasti bukan karena tulisanku yang bagus dan baik ataupun penelitianku yang memberikan kebaharuan dalam dunia akademik. Bukan. Pasti karena kasihan kan ? eh.

Walau memiliki cita-cita jadi penulis, aku tidak memilih sastra ataupun ilmu linguistik sebagai jalan ninjaku... eh jalan karirku. Aku memilih akuntansi sebagai sarana dalam mencari nafkah. 

Walaupun bukan passion tapi aku menikmati pekerjaan ku sebagai pegawai tetap di unit keuangan. Aku tahu jika penulis bukan lah profesi yang tepat untuk menjadi kaya. 

Oleh karena itu, aku menjadikan menulis sebagai sampingan ataupun hobi. Aku pun tekun menjalani hobiku ini sampai saat ini. Hasilnya ? lebih dari 26 buku diari yang mengisahkan perjalanan hidupku dari masih duduk di bangku sekolah dasar sampai saat ini. 

Selain itu, aku pernah mencoba mengirimkan tulisanku ke media cetak. Pernah satu kali di muat di majalah Story. Itu pun hanya tulisan 150 kata. Satu kali saja. 

Miris sih dibandingkan dengan cita-citaku menjadi penulis besar dan produktif seperti Tere Liye, Eiji Yoshikawa, Pramodya Ananta Toer, Akiyoshi Rikako, Mira W., Buya Hamka, Asma Nadia, Djenar Maesa Ayu, Sophie Kinsela, dan semua penulis hebat di dunia. 

Aku juga pernah mengirimkan kumpulan puisi yang kuikutsertakan dalam lomba. Sayangnya gagal. Padahal aku sudah membuat puisi itu selama setahun. Rasanya tercampakkan segala perasaan yang kuwujudkan dalam kata. 

Padahal aku yakin puisiku bisa menang, tapi apa daya ? apakah aku harus berguru dengan mbah joko pinurbo dan almarhum Sapardi Djoko Damono agar bisa menang ? hiks, tapi sudahlah. 

Sampai saat tulisan ini cetak di kompasiana pun, aku akan tetap menulis puisi untuk menumpahkan segala kegilaanku mengenai hidupku. 

Salah satu caraku untuk tetap semangat menulis adalah kompasiana. Walau jarang menulis, aku pasti membuka kompasiana dikala senggang. Kalian bisa mengecek pada profilku. Aku bergabung dengan kompasiana sejak tahun 2013. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline