Lihat ke Halaman Asli

rizkaita

Pembaca, penulis, dan kawan seperjalanan

Kebanggaan Saya Bukan Medali, Tapi Caramu Berbagi

Diperbarui: 7 September 2018   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upacara Penyerahan Bonus Atlet. Sumber: asiangames.com

Perhelatan besar Asian Games baru saja selesai dilaksanakan. Agenda besar kebanggaan Indonesia ini menyimpan banyak cerita yang mengesankan. Salah satunya adalah niat tulus para juara yang ingin membantu sesama. Hal ini dilakukan bukan hanya oleh mereka yang berkalung medali, ada nama-nama yang melakukan hal serupa meski tanpa sorot kamera. 

Kebanggaan saya buncah setiap kali berita ini diperbincangkan, karena mereka yang ikut dalam barisan ini sadar betul perjuangan tak pernah melahirkan kesendirian.

Jonatan Christie dan kawan-kawan misalnya, mereka tak puas membantu korban gempa di Lombok hanya dengan melelang kaos dan raket kesayangan mereka. Sejak awal, Jojo -- panggilan Jonatan -- bahkan sudah berniat menyumbangkan bonusnya untuk membangun masjid dan sekolah di Lombok. 

Kita tahu, bonus Jojo bukan angka yang sedikit. Ia bahkan berhak menyimpan semuanya sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri atas pengorbanannya, apalagi di usianya yang masih belia tentu saja ia punya sederet mimpi. Tapi ia merasa harus memprioritaskan kebutuhan saudara-saudara yang tak sedarah tapi setanah dan air dengannya.

Jangan khawatir, atlet-atlet Indonesia asal Lombok juga tak mau tinggal diam. Perjuangan mereka di Jakarta atau Palembang pastilah diliputi rasa was-was. Selepas mereka berlaga, dengan atau tanpa medali yang bisa dibawa pulang mereka kembali. 

Tiap-tiap penghargaan dikhususkan bagi tanah kelahiran, bahkan Zohri sang juara dunia pulang untuk mengabdi. Ia bergabung dengan tim relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) tanpa sempat berlama-lama berbangga dengan torehan perak yang berhasil disandangnya.

Kepedulian untuk berbagi juga mengalir melalui atlet Karate, Silat, Paralayang,  Sepak Takraw dan saya rasa hampir seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan. Beberapa dari mereka juga memilih Lombok untuk mendedikasikan rezeki. Meski bukan kampung halaman mereka atau bahkan bukan tempat yang pernah mereka datangi, mereka meyakini ada duka yang harus segera diobati. 

Di tengah laga atau podium juara mereka sadar sedang berjuang bersama segenap bangsa bukan diri sendiri yang jumawa. Indonesia Raya yang kali ini sering sekali berkumandang di arena mengukuhkan janji mereka untuk berjuang bagi negeri tercinta.

Lombok bukan satu-satunya tempat mereka mengalirkan kebahagiaan. Ada orang-orang yang berada dalam lingkar terdekat seperti keluarga yang tak dilupakan para atlet kesayangan. Bukan cerita baru dan langka Indonesia melahirkan atlet-atlet berbakatnya dari rahim kemiskinan dan keterbatasan akses.  

Maka mereka sadar betul kesempatan bertanding di event semegah ini bukan hal sembarangan dan tak pantas pula disombongkan. Ada ayah ibu yang akan memiliki rumah atau usaha sendiri setelah ini, adik atau kakak yang terjamin sekolahnya, hingga perwujudan mimpi beribadah haji.

salah satu atlet bermental juara. Gambar oleh: kumparan

Bahkan ada satu atlet panahan dari kota kesayangan saya yang sering memastikan para lansia atau kaum papa di jalanan memiliki rupiah yang cukup, paling tidak untuk sarapan esok hari. Ia tetap melakukan hal yang sama meski kepulangannya kali ini tanpa medali. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline