Lihat ke Halaman Asli

Membangkitkan Umat melalui Masjid, Jogokariyan

Diperbarui: 20 Mei 2018   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sering kali saya mendengar kajian dari Ust. Salim A Fillah, Dai muda kondang dari Jogjakarta ini punya tempat tersendiri di hati saya. Jauh ketika di bangku kuliah. Saya sering mendengar kajian kajiannya. Mulai dari Sirah Nabawiyah sampai kajian pranikah. Beberapa kajiannya sering dilaksanakan di Masjid Jogokariyan dan Masjid Mardhliyah UGM. Saya sendiri kuliah di Bogor, lama kelamaan penasaran. Seperti apa sih pengelolaan masjid ini. Alhamdulillah sebelum Ramadhan, saya sempat berkunjung ke masjid ini. 

Sekaligus merasakan sholat berjamaah di masjid tersebut. Profil Masjid ini sangat unik, masjid yang diberi nama sesuai kampungnya. Kampung Jogokariyan. Tidak seperti nama nama masjid biasanya yang sangat kental frasa arab, Jogokariyan, unik, otentik. Secara garis besar masjid ini berwarna hijau tosca. Dengan bangunan dua lantai. Terletak di persimpangan jalan daerah mantrijeron. Daerah ini juga banyak menyewakan penginapan murah, bahkan harganya ada yang berkisar di bawah seratus ribu rupiah. 

Saya tidak akan membahas dari segi ruangan, desain atau arsitekturnya. Masjid ini unik dari segi pengelolaannya. Apalah arti masjid megah, berlapis emas, berlantaikan marmer, atau dengan pengeras suara ratusan desibel kalau tidak bisa membangkitkan keimanan umat. Lalu apa saja yang unik dari masjid ini?

Masjid ini dikelola dengan mengacu pada kondisi zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Dimana semua kegiatan kemasyarakatan bermula dari masjid. Masjid yang ketika sholat tarawih ini selalu membludak sampai kepinggir jalan, selalu ramai dikunjungi para musafir. 

Saat bulan Ramadhan seperti ini, jika masjid masjid lain mengadakan buka puasa gratis, masjid ini justru membagikan beras untuk mereka yang membutuhkan agar bisa melaksanakan sunnah makan sahur. Untuk tahun ini diadakan kampung Ramadhan dan pembagian ribuan takjil gratis setiap hari di bulan Ramadhan. Hebatnya lagi, dakwah pada masjid ini seperti membangun kampung. 

Masjid yang dibangun tidak hanya untuk beribadah seperti sholat berjamaah saja. Tapi juga membangkitkan perekonomian masyarakat sekitarnya. Pada bulan biasa saja banyak ragam bauran peningkatan masyarakat. Seperti melalui bauran infaq mandiri, pendataan masyarakat untuk sholat berjamaah subuh, taman bacaan Alquran sampai posko bantuan untuk korban bencana alam. Konon, saldo masjid ini tidak pernah berhenti untuk mengalirkan kebermanfaatan untuk umat. 

Kegiatan kepemudaan lain di masjid ini juga tidak kalah hebat. Saat saya berkunjung pertama kali pada bulan maret 2018. Saat itu diadakan Muslim Art Competition dari tanggal 17-18 Maret. Kegiatan yang berisi lomba kaligrafi, lomba adzan, Musabaqah Hifdzil Quran (Lomba menghafal Alquran), Musabaqah Tilawatil Quran (Lomba Membaca Al AlQuran), lomba mewarnai, majalah dinding dsb. Program kekinian untuk anak muda yang patut dicontoh. Dari sisi pengelolanya sekilas, bahwa memang kebanyakan masih berusia produktif. 

Program kekinian yang bermanfaat. Andai semua masjid di Indonesia seperti ini, bisa saja kita mengentaskan kemiskinan dengan pengelolaan umat seperti yang masjid Jogokariyan telah lakukan. Dakwah yang dilakukan pengurus masjid Jogokariyan ini,sangat kreatif. Memakmurkan masyarakat, memakmurkan umat, bisa dilakukan dari masjid. Semoga ada kesempatan kembali berkunjung ke Jogokariyan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline