Lihat ke Halaman Asli

Antonius Eko Harsiyanto

suka nonton dan dengar musik

Sejarah Perang di Lagu Iron Maiden

Diperbarui: 12 Februari 2020   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iron Maiden (foto: loudwire.com)

Perang, baik peristiwa maupun dampaknya, selalu menarik untuk diceritakan melalui lagu. Iron Maiden punya beberapa lagu yang mengambil tema sejarah Perang Dunia I dan II hingga ancaman perang nuklir. Setelah minggu lalu kita menelusuri sejarah dari zaman purba hingga perang Krimea di tahun 1853, sekarang kita melihat sejarah perang di era modern.

PASCHENDALE (DANCE OF THE DEATH, 2003)
Lagu ini  menceritakan perang Passchendaele (begini tulisannya yang benar menurut buku-buku sejarah) yang terjadi pada 31 Juli sampai 10 November 1917.  Perang ini menjadi bagian ketiga dari perang Ypres di Belgia.

Majalah Angkasa pernah membuat edisi koleksi tentang Perang Dunia I yang diberi judul 'The Great War' dan salah satunya membahas perang Passchendaele ini. Perang ini merupakan serangan ofensif pasukan Inggris dan Prancis untuk menghancurkan pangkalan kapal selam Jerman di pantai Belgia.

Meski berhasil menduduki Passchendaele, aksi ini harus dibayar mahal. Inggris dan pasukan sekutu harus kehilangan 310 ribu tantara, sementara tentara Jerman yang tewas mencapai 260 ribu orang.

THE AFTERMATH (THE X FACTOR) 

Lagu ini secara umum bercerita soal kondisi psikologis tentara yang terjun dalam setiap medan pertempuran mulai dari awal abad ke 20 hingga sekarang, Namun kalau kita lihat liriknya ada kata-kata In the mud and rain...What are we fighting for?  Where mustard gas and barbwire bloom..Lumpur, kawat berduri dan gas menggambarkan kondisi  perang parit di front barat di Belgia dan Prancis saat Perang Dunia I. 

DEATH OR GLORY (THE BOOK OF SOULS, 2015) 

Dua puluh tahun setelah "Aces High", Iron Maiden kembali membuat lagu soal perang udara. Kali ini kejadiannya saat Perang Dunia I dan menyoroti kehebatan pilot Jerman Manfred von Richthofen yang dikenal sebagai Red Baron.

Kehebatan Red Baron diakui oleh lawan-lawannya. Menurut data yang dipublikasikan pada tahun 1958, Red Baron mampu menjatuhkan 80 pesawat musuh, 73 diantaranya adalah pesawat Inggris.

Saat terbang di atas wilayah Morlancourt Ridge di dekat sungai Somme, Prancis, pada 21 April 2018, Richthofen bertemu dengan pilot Kanada, Wilfrid "wop" May yang bergabung di Angkatan udara Inggris. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Meski terluka parah, Richthofen mampu melakukan pendaratan darurat.  Richthofen akhirnya meninggal akibat luka-luka yang dialaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline