Lihat ke Halaman Asli

Suripman

Karyawan Swasta

Indah Ragam Bahasa Melayu di Pulau Timah

Diperbarui: 3 Desember 2018   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

arsip pribadi

Pulau Bangka memiliki luas 11.694 km2, lebih kurang dua kali luas Pulau Bali. Ya, Anda tidak salah baca, Bangka luasnya lebih dari dua kali Pulau Bali, mungkin di antara kita ada yang belum memahami hal ini. 

Bicara mengenai Pulau Bangka, tak lepas dengan pertambangan timah dan perkebunan lada putih. Juga pantai-pantai nya yang luar biasa indah.

Potensi keindahan pantai Pulau Bangka sampai saat ini belum begitu dikenal dibandingkan tetangganya Pulau Belitung. Ya, Bangka dan Belitung memang satu provinsi, namun merupakan pulau yang terpisah.

arsip pribadi

arsip pribadi

Terlepas dari urusan pariwisatanya, Bangka memiliki keunikan dalam ragam bahasanya. Bahasa Bangka secara umum adalah bahasa Melayu. 

Berbeda dengan Belitung yang sepanjang pengetahuan saya hanya memiliki satu ragam bahasa Melayu, di Bangka ada tiga ragam bahasa Melayu yang sehari-hari dituturkan oleh penduduknya.

https://contenttugas.wordpress.com

Dengan "e pepet" seperti di Malaysia
Ragam dengan "e pepet" ini bisa ditemui di daerah Mentok, Jebus dan Toboali. Kurang lebih sama dengan Belitung.

Contoh pelafalan "e pepet" adalah seperti pada kata: sepatu, cepat, gesit.

Pelafalan ini juga bisa kita temukan dalam bahasa Melayu Malaysia. Jadi orang di Mentok, Jebus, Toboali dan sekitarnya akan berkata, "Nak kemane?" untuk bertanya hendak kemana kepada Anda. Atau "Ade ape?" untuk bertanya ada apa. "Die siape?" untuk bertanya dia siapa dan seterusnya.

Dengan "e taling" seperti di Jakarta/Betawi
Penutur dengan "e taling" kita temui di daerah Sungailiat, Pangkal Pinang dan Koba. Nah, pelafalan "e" ini mirip dengan pengucapan di bahasa Betawi. Contoh pelafalan "e taling" adalah seperti pada kata: esok, elok dan sate.

Orang Sungailiat, Pangkal Pinang dan Koba mengucapkan, "Nak kemane?" , "Ade ape?", dan "Die siape?" (ingat pakai "e taling", yaitu "e" dalam bahasa Betawi).

Dengan "o" seperti di Palembang/Jambi
Dan terakhir, hanya di daerah Belinyu dan sekitarnya kita temui penutur dengan menggunakan "o", seperti pada melayu Palembang dan Jambi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline