Beberapa minggu lalu, saya mengunjungi seorang teman yang mengeluh tentang anak gadisnya yang sulit mandiri dan kurang disiplin, terutama dalam hal rutinitas pagi. Putrinya, yang sudah berusia remaja, sering terlambat bangun dan kesulitan memulai hari dengan baik. Pagi-pagi, sang ibu harus terus mengingatkan dan bahkan membangunkan anaknya agar bisa pergi ke sekolah tepat waktu.
Tapi ketika diskusi berkembang dengan melibatkan sang anak, saya mulai memahami mengapa ia kesulitan untuk bangun dan menjalani rutinitasnya sendiri.
Ternyata, ibu dari gadis ini sangat khawatir tentang kesiapan anaknya untuk menjalani hidup mandiri. Dengan alasan bahwa putrinya belum sepenuhnya dianggap siap untuk menjalani tugas-tugas yang menuntut kemandirian, sang ibu sering kali mengintervensi dan melakukan banyak hal untuk anaknya.
Mulai dari membangunkan di pagi hari hingga mengingatkan soal tugas sekolah, sang ibu merasa bahwa ia harus selalu berada di sisi anaknya untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik. Bahkan termasuk dalam urusan sehari-hari mengurus dapur, kamar mandir. Cara putrinya bekerja yang kaku dan sedikit tidak terbiasa dianggap ibunya terlalu lemah dan penuh risiko.
Tapi benarkah cara ini dianggap salah dan pola pengasuhan overprotektif seperti ini justru menyebabkan anak kesulitan menjadi mandiri?
Anak belajar mandiri dengan bimbingan orangtua | kompas.id
Anak Juga Butuh Otonomi
Jika kita merujuk pada pola pengasuhan yang dianggap overprotektif, sebenarnya itu adalah gaya pengasuhan ketika orang tua memberikan perlindungan berlebihan kepada anak-anak mereka, sering kali dengan mengontrol setiap aspek kehidupan anak, bahkan saat anak sudah cukup usia untuk melakukan hal-hal tersebut sendiri.
Biasanya, orang tua dengan gaya ini memiliki ketakutan berlebihan terhadap potensi bahaya atau kesalahan yang mungkin terjadi jika anak mereka tidak selalu diawasi. Atau mengganggap anaknya belum "layak" melakukan pekerjaan tersebut. Sehingga sering kita mendengar orang tua melarang anaknya bekerja apalagi di dapur karena masih bersekolah.
Memang tujuan dari perlindungan ini untuk menjaga anak dari masalah atau bahaya, tapi faktanya, perilaku ini malah bisa menimbulkan dampak yang merugikan dalam perkembangan anak, terutama dalam hal kemandirian dan tanggung jawab.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang terlalu protektif sering kali merasa tidak cukup kompeten atau kurang percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka cenderung merasa tidak siap untuk mengambil keputusan atau menangani situasi sulit tanpa bantuan orang tua. Ketika masuk dalam lingkungan baru terkesan gamang dan terlihat tidak mandiri.
Pada kasus teman saya, sang ibu yang terlalu protektif malah menciptakan ketergantungan yang lebih besar pada anaknya. Sang anak, yang seharusnya belajar untuk bangun pagi dengan alarm atau merencanakan rutinitas sendiri, malah merasa bahwa dia tidak perlu melakukannya karena ibunya selalu ada untuk mengingatkan atau menyelesaikan tugas-tugas itu. Akhirnya ia bergantung pada kebiasaan ibunya membangunkannya, menyiapkan sarapan hingga mengantarkannya ke sekolah--padahal ia sudah sekolah menengah atas.
Bagaimanapun anak membutuhkan otonomi, agar bisa menggunakan inisiatifnya untuk lebih mandiri. Melakukan seperti apa yang ingin dilakukan sebagai rasa ingin tahu untuk pembelajaran, terutama dalam kegiatan hariannya di rumah-didapur, sumur dan aktifitas di kamarnya sendiri termasuk untuk semua urusan terkait dirinya sendiri--seperti mencuci baju sendiri.
Kemampuan seseorang untuk mengelola dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain untuk membuat keputusan atau menyelesaikan masalah-kemandirian menjadi aspek penting yang harus dimiliki setiap anak. Bagi anak-anak, belajar mandiri menjadi bagian penting dari perkembangan mereka. Kemandirian memungkinkan mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri, keterampilan pengambilan keputusan, serta tanggung jawab.
Karena prosesnya tidak bisa terjadi dengan sendirinya, peran orang tua sangat penting menjadi pendamping dan pembimbing untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan kehidupan. Salah satu cara agar anak bisa belajar mandiri adalah dengan memberi mereka kebebasan untuk mengambil keputusan, membuat kesalahan, dan belajar dari pengalaman tersebut. Jika orang tua terus-menerus mengatur segala hal untuk anak mereka, anak akan kesulitan untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan.