Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Fatherless Country

Diperbarui: 18 Januari 2023   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pexel

Indonesia menjadi negara fatherless ketiga di dunia.  Wow!  Sesuatu yang sangat  memprihatinkan.

Istilah fatherless belum begitu familiar bila dibandingkan dengan istilah broken home atau single mom, meski  fenomenanya cukup besar. Sesuatu yang sebenarnya sudah saya dengar sepuluh tahun lalu saat Bu Elly Risman hadir dan berbicara di sekolah anak saya. Dengan gamblang beliau menjelaskan bagaimana dampak psikologi yang terjadi bila ayah tak ikut berperan serta dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

Lalu, apa sih fatherless itu?

"Fatherless" berarti tidak memiliki ayah atau tidak dibesarkan oleh ayah. Bisa juga diartikan sebagai keluarga tanpa ayah atau individu yang tidak memiliki ayah yang hidup.

Fatherless atau father hunger muncul dari hilangnya peran ayah dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Bukan hanya soal kehadiran dan keterlibatan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis.

Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar kita masih memegang konsep lama dalam berumah tangga. Bahwa ayah bertugas mencari nafkah, dan ibu mengasuh anak. Dan ketika sang anak menjadi kurang adab atau sejenisnya, ibu selalu menjadi pihak yang banyak disalahkan.

Konsep lama yang juga masih terjadi sampai sekarang, ketika pasangan suami istri sama-sama bekerja, maka tugas mengasuh anak mereka dilimpahkan pada kakek neneknya. Hal yang masih dianggap wajar oleh sebagian orang. Padahal jika dipikir, tidaklah elok terus menerus merepotkan kedua orang tua yang sudah membesarkan dan mengasuh mereka.

Lalu, bagaimana dengan anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah? Baik karena ayah meninggal dunia, pun yang meninggalkan karena perceraian, dll?

Beberapa efek  paling umum terjadi adalah:

  • Kemiskinan Emosional: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah mungkin merasa kesepian, tidak diakui, atau tidak diterima. Hal ini dapat menyebabkan masalah perasaan seperti depresi atau kecemasan.
  • Masalah Perilaku: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah mungkin menunjukkan perilaku yang tidak sesuai, seperti agresif, tidak tertib, atau menarik diri.
  • Masalah Akademik: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah mungkin mengalami masalah belajar dan kesulitan dalam sekolah.
  • Masalah Identitas: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah mungkin merasa tidak yakin tentang identitas mereka.
  • Masalah hubungan: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, termasuk dengan orang yang berperan sebagai ayah atau orang yang mengambil peran ayah.

Tentu saja efek yang terjadi dapat berbeda-beda pada setiap individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline