Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Baqir Al Ridhawi

Lagi belajar nulis setiap hari.

Admin Medsos Harus Kecanduan Medsos

Diperbarui: 20 Januari 2021   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Admin Medsos Harus Kecanduan Medsos

"Untung tadi aku ngisi tes psikologinya tadi dengan sering main sosmed dan susah melepaskan HP untuk beberapa saat," celetuk orang yang baru keluar dari ruang wawancara untuk mengisi lowongan Admin Media Sosial.

Hah, heran aku. Aku menjawab hampir biasa-biasa saja soal bermain medsos. Karena akhir-akhir ini aku sudah mengurangi aktivitas medsosku.

"Memang yang dicari itu yang sering main HP?" tanyaku.

"Iya. Nanti dicek Facebook sama Instagramnya. Apa yang terakhir di-upload? Tanggal berapa terakhir upload? Kayak gitu. Untung akhir-akhir ini aku sering upload desain-desain di Instagram,"

Lho, aku jarang sekali posting sesuatu di Instagram apalagi Facebook. Boro-boro desain. Foto tidak penting pun jarang. Dag-dig-dug-ser, seketika aku merasa terancam. Kalau main Instagram, aku paling sering cuma buat story. Tapi yang menurutku berbobot saja, baru aku buat. Tetapi, tenang dululah. Aku aktif sekali kok nulis di Blog pribadi dan Kompasiana. Ya walau pengunjung sedikit. Dan nanti sepertinya aku bisa mempertunjukkan itu.

Beberapa saat kemudian aku disuruh masuk.

Sesudah aku tunjukkan tulisan di Blog pribadiku yang---Alhamdulillah---belum putus konsistennya. Dia tidak membaca. Hanya scrolling baca-baca judulnya. Sesudah itu apa yang dikatakannya sungguh mengherankan buatku:

"Nanti, paling terlambat 5 hari, kami kabarin melalui WhatsApp untuk wawancara lanjutan. Langsung wawancara ke bosnya. Kalau misal tidak diterima artinya ada dari diri Anda yang kurang, yang tidak sesuai dengan yang kami butuhkan. Dan sepertinya.. Anda ini kurang aktif ya main Instagram, dan Facebooknya."

Mendengar itu pun aku langsung su'uzon, bahwa aku tidak diterima. Dan wawancara selesai.

Tapi kok, absurd banget kalau alasannya begitu. Begini-begini, semisal yang dicek Instagramnya adalah orang-orang yang mempergunakan Instagram sebagai media upload rutin portofolio karya seninya sih tidak masalah. Tetapi kalau tidak gimana? Kan nggak harus disamaratakan gitu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline