Lihat ke Halaman Asli

Ridha Afzal

TERVERIFIKASI

Occupational Health Nurse

RS Bisa Nakal, Bisa Salah Diagnosa, Rakyat yang Menderita

Diperbarui: 19 Juli 2020   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: IDHospital

Pengalaman Tetangga

Pekan lalu, seorang tetangga kami, sudah lanjut usia, pulang dari Rumah Sakit (RS) di Malang. Semula diagnosa 'Positif Corona'. Harus mondok selama dua minggu tentu bukan perkara mudah bagi keluarga yang sangat sederhana tersebut. 

Pasalnya, sekitar sebulan silam, saat berkunjung ke RS, sesaknya kumat. Ibu Imah, sebut saja demikian namanya, kontan masuk dalam kategori 'Orang Dalam Pengawasan' (ODP).

Apa yang terjadi kemudian adalah. Hanya karena beliau mengalami sesak, padahal sesak ini dialami sudah lama, bahkan ada riwayat keluarga. Beberapa anggota keluara lain juga mengalami gejala yang sama, sesak nafas, banyak orang jadi ribut.

Ibu Imah dijemput aparat beserta perawat dengan ambulance. Kemudian dibawa ke RS. Ternyata, dua minggu sesudahnya, hasil pemeriksaannya negatif. Dua minggu sesudah istirahat, makan dan tidur di RS (itu kata Ibu Imah, karena memang beliau tidak merasa sakit), itu bisa jadi 'derita'.

Pada kali lain, pagi hari, seorang sepupu saya kapan itu tiba-tiba terjatuh di rumah, tidak mampu berdiri. Ibu tiga anak ini tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Kontan, oleh suaminya langsung dibawa ke RS. Sepupu saya yang perawat ini minimal tahu kepada siapa harus berobat. Yang dia ingin adalah dokter Ahli Syaraf.

Dia heran, karena saat tiba di RS, dia diperlakukan seperti pasien Corona. Dia bertanya kepada petugasnya, yang kemungkinan besar seorang perawat, mengapa diperlakukan demikian. Pemeriksaan yang dilakukan tidak ada kaitan dengan keluhannya. Melainkan dilakukan Foto Rontgen dan Swab Test. 

Barangkali oke lah kalau yang difoto kakinya. Tetapi ini dada. Tentu saja tidak gratis. Kalaupun misalnya 'gratis', pasti pula duitnya dari anggaran Pemerintah. "Kami hanya mengikuti protocol mbak...." Kata perawatnya.

Alhasil, semua test yang mengarah Corona, negatif hasilnya. Mungkin maksudnya baik. Namun, baik bukan berarti benar. Kalau menggunakan prinsip seperti ini pada semua pasien, berapa biaya sia-sia yang harus dikeluarkan oleh keluarga pasien yang datang ke RS untuk pemeriksaan yang tidak perlu?

Rumah Sakit Nakal

Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah saat rapat kerja (raker) dengan pemerintah, termasuk Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto Rabu (Saudagarnews.id., 15/7/20) mengatakan sejumlah rumah sakit terkait penanganan Virus Corona (Covid-19) mulai disorot. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline