Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

RS Bisa Nakal, Bisa Salah Diagnosa, Rakyat yang Menderita

18 Juli 2020   07:20 Diperbarui: 19 Juli 2020   10:56 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) curiga ada upaya mengeruk keuntungan oleh sejumlah rumah sakit di tengah pandemi Corona yang disebabkan Virus tersebut.

Said menyebut, adanya RS 'nakal' di sejumlah daerah. Ia juga menilai, RS tersebut sengaja membuat pasien dinyatakan positif Corona demi mendapatkan anggaran Corona. Ada yang sebut kalau orang kena Corona masuk rumah sakit sampai meninggal anggaran Rp 90 juta atau Rp 45 juta. "Di Pasuruan, Jambi, Ciamis ini viral di mana-mana," jelasnya.

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk penanganan Corona di bidang kesehatan senilai Rp87,5 triliun. Anggaran yang besar itu digunakan untuk belanja penanganan Corona sebesar  Rp65,8 triliun; insentif tenaga medis Rp5,90 triliun; santunan kematian Rp300 miliar; bantuan iuran JKN Rp3 triliun; Gugus Tugas Corona Rp3,5 triliun;  insentif perpajakan di bidang kesehatan Rp9,05 triliun.

Ada kabar yang menyebut kalau orang sakit karena Corona, kemudian meninggal, anggarannya mencapai Rp90 juta. Ada pula yang menyebut angkanya Rp45 juta. "Sehingga..", kata Said, "....terlepas benar atau tidaknya, kalau satu pasien meninggal berkisar Rp45 juta - Rp90 juta, kalau 100 orang pasien meninggal non-Corona dinyatakan Corona, RS bisa menerima uang senilai Rp4,5 miliar - Rp9 miliar."

Dokter Juga Manusia

Dokter juga manusia. Manusia tempatnya salah. Yang benar terus itu malaikat. Jadi, dokter sebagai manusia, bisa saja salah. Kalau ada dokter yang selalu mengaku benar, mungkin bukan dokter, tetapi malaikat.

Demikianlah Rumah Sakit, tempat para dokter, perawat, bidan, fisioterapi, farmasis, lab teknisi, radiologis dan lain-lain menjalankan misi mulia kemanusiaan. Kita harus menghargai mereka. Hanya saja kalau mereka lupa, harus diingatkan. Kalau salah, harus diluruskan.

Di Indonesia, dokter identik dengan RS karena rata-rata penanggungjawab manajemen RS adalah dari profesi dokter. Menurut UU Nomer 44 Tahun 2009, tentang RS, Kepala RS harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang permahsakitan. Oleh karena itu, kalau ada apa-apa dengan pasien, lumrah dokter biasanya yang ditanya. Kadang-kadang perawat.

Munculnya isu terkait RS nakal di atas dianggap 'menyalah-gunakan' kewenangannya dengan memanfaatkan wabah Corona. Karena penanggungjawab umumnya dokter, maka kembali lagi, dokter bisa kena getahnya. Walaupun tidak semua. Banyak RS yang baik, banyak dokter yang baik hati, bahkan memberikan layanan pengobatan gratis.

Namun demikian tetap saja, nila setitik, rusak susu sebelanga. Satu RS salah, sebanyak 2900 lebih RS yang ada di Indonesia, tercoreng nama baiknya. Yang salah adalah oknum, bukan profesi dokternya.

Kualitas Profesional Kesehatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun