Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

The Music of Silence, Tidak Ada Mimpi yang Mustahil

Diperbarui: 23 Mei 2020   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amos saat bernyanyi dengan penyanyi rock Zucchero Fornaciari (sumber: screenshot tayangan Mola TV)

Tidak ada mimpi yang mustahil. Untuk mencapai kesuksesan, hambatan selalu ada. Namun, semua akan berbuah manis bila terlampaui. Itulah yang telah dicapai oleh Andrea Bocelli, yang memoarnya dituangkan dalam film berjudul The Music of Silence.

Hingga kini, Andrea Bocelli tetaplah seorang penyanyi musik klasik yang terkenal sepanjang masa. Rekaman suaranya mencapai rekor terjual hingga puluhan juta kopi di seluruh dunia.

Namun, apa yang diraih Andrea Bocelli untuk menjadi penyanyi tenor terkenal tidaklah mudah. Terlebih Bocelli dilahirkan dalam keadaan cacat mata bawaan. 

Dalam film berjudul The Music of Silence, Andrea mengungkapkan kisah hidupnya. Tujuannya untuk menginspirasi orang muda agar bisa mengatasi hambatan yang ditemui dalam meraih cita-cita. 

Dalam film bergenre biografi dan musik yang dirilis tanggal 2 Februari 2018 di Amerika Serikat, dibuat berdasarkan memoar dari Andrea Bocelli. Kisah dalam The Music of Silence bergulir menggunakan nama Amos Bardi. Sejak dari kelahirannya di Tuscany, masa sekolah, hingga kesuksesannya.

Ibu Amos baru menyadari jika ada kelainan pada anaknya saat Amos berusia 5 bulan karena selalu rewel. Awalnya Sandro, ayah Amos menduga menangis adalah cara berkomunikasi seorang bayi.

Setelah diperiksa ke dokter, ternyata terungkap jika Amos Bardi mengidap Congenital bilateral glaukoma (kerusakan mata bawaan). Kerusakannya parah sehingga memerlukan sejumlah operasi mata.

The Music of Silence. Sumber : (mycinemag.com)

Meski demikian, satu buah matanya masih dapat melihat meski dalam pandangan terbatas. Pada usia 12 tahun saat belajar di sebuah institut tuna netra, Amos Bardi benar-benar kehilangan penglihatan kedua matanya akibat bermain sepak bola.

Namun minat Amos Bardi pada musik sudah terlihat sejak saat balita. Ketika habis operasi, Amos mendengar suara musik di kamar perawatan di sebelahnya. Saat sekolah di institut tuna netra, gurunya merasa kagum saat mendengar suara Amos bernyanyi.

Giovani, paman Amos berperan besar dalam mendukung bakat Amos. Pamannya mengajaknya ikut seleksi menyanyi. Amos yang saat itu menyanyikan lagu Reginella lolos ke final Piala Margherita. Bahkan, Amos berhasil meraih kemenangan pada penghargaan tertinggi di Tuscany itu. Target selanjutnya adalah ke Sanremo.

Namun, keinginan tak berjalan mulus. Saat tampil di gereja dalam pernikahan sahabat pamannya, Amos tiba-tiba kehilangan suara. Amos pun menjadi tidak yakin akan kemampuannya dalam bernyanyi. Meskipun kedua orang tuanya meyakinkan perubahan suara adalah hal yang biasa bagi anak laki-laki, Amos bergeming.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline