Lihat ke Halaman Asli

Sang Ibu dan Siangnya.

Diperbarui: 31 Desember 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbok,

Tadi seorang Ibu datang ke bilikku. Beliau bercerita tentang perasaannya. Dimulai dengan basa-basi 'Nak, kenapa kamu di hari libur ini justru bersembunyi dalam bilikmu. Aku sambil tersenyum bilang gini Mbok 'Ini goa hira ku' Bu.  Aku menemukan bahagiaku disini. kembali sang Ibu bertanya ' Kamu sedang sedih ? please talk to me'.  Aku selintas berpikir - wah, apalagi lagi ini. Apa yang akan beliau sampaikan. Lalu aku bilang gini mbok ' Aku sedang tidak ingin bicara, aku lebih senang berbicara dengan rasaku disini dan aku sedang tidak sedih. Aku sedang menerima kebahagiaanku dengan caraku'

Akhirnya mbok, benar...

Sang Ibu pun melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya, masih berusaha supaya aku bercerita tentang perasaaanku. Aku menyadari, sang Ibu mencari seorang teman yang sama dengan perasaannya. 'Mungkin' akan jadi kebahagiaannya bila merasa memiliki teman yang sama. Aku tetap bertahan untuk tidak terusik. Sang Ibu pun mulai membawakan berita terbaru tentang putranya, tentang keberatannya. Dan segala tentang sikap dan perilaku yang membuat dirinya merasa malu. Hmmmm.... beliau mulai memperdalam perasaannya, mencoba menggali perasaanku agar sama dengan beliau. Aku hanya tersenyum Mbok, mengijinkan beliau bercerita. Dan mencoba mencari celah dimana aku bisa berbicara yang semoga bisa mengena di hatinya, tanpa harus aku terlibat dengan perasaannya.

Mbokku yang baik..

Jangan marah kalau aku tidak bersedia terlibat dengan perasaannya, ada pengalaman yang sudah pernah terjadi. Dan buat aku itu jadi merusak perasaanku dan beberapa hariku di depan. Nope, Mbok. Tadi akhirnya aku bercerita tentang dirimu, Mbok yang melahirkanku, yang memiliki berjuta-juta rasa cinta dan selalu membagikan pada putra-putrinya, tanpa pernah meminta untuk dibahagiakan oleh kami. Mbokku yang memiliki jutaan pengertian bila aku sudah ada di Goa Hira ku yang seadanya ini dan memberikan kabar ' Nduk, kamu sehat kan. Simbok dan Romo sehat dan selalu merindukan kamu, doa kami untuk kesehatan dan kebahagiaan kamu. Take care kiss-kiss and big hug."

Bukan aku menyindir ya Mbok, 

Tapi menurutku beliau juga ada baiknya mengerti tentang bahagia. Ketidakbahagiaannya karena ingin orang-orang membahagiakan dirinya dengan menuruti keinginannya. Dan seringkali menggunakan posisinya sebagai sang Ibu yang harus dihormati. Bukankah penghormatan dan dihormati itu berawal dari diri Mbok ? 

Akhirnya aku cerita begini, Mbok..

Bu, hidup bahagia itu Ibu yang tahu bagaimana membuat hidup Ibu bahagia. Bahagianya Ibu belum tentu sama dengan aku. Seorang anak katanya menuruni hampir 80% gen sang Ibu. Mungkin itu sebabnya disebutkan dalam agama kita "Ibumu..Ibumu...Ibumu!"  bukan "Istrimu..istrimu...istrimu". Mungkin akan terdengar kasar, saat aku bilang putramu adalah dirimu. Setelah satu sisi yang lain, Ibu berkeluh kesah tentang putramu. Bagaimanapun juga, rahim Ibu tempat tidur yang nyaman buat seorang anak. Bila Ibu ingin bahagia dengan cara Ibu, sampaikan pujian pada sang putra lalu sampaikan harapan yang tidak melibatkan putramu, Bu. Aku tidak tahu bagaimana harus berkata lain, selain bilang 'Ambil bahagiamu, Bu'. Karena Ibu tidak bisa disamakan dengan embokku yang selalu memberikan rasa cintanya pada anak-anaknya. Buat embokku, bahagia putra-putrinya adalah bahagianya. Tidak pernah meminta untuk dikembalikan atau dibalas. Balas apa yang sudah embok berikan dengan datang bersama kebahagiaanmu, Nduk. Itu yang selalu disampaikan. 

Oh maafkan aku Mbok, aku kehabisan kata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline