Lihat ke Halaman Asli

Kasus Rizieq Shihab-Firza Husein Sudahkah Kita Perhatikan Isi Chat Kita Sendiri ?

Diperbarui: 2 Juni 2017   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tengah hingar bingar dan pro kontra kasus yang melibatkan Habib Rizieq Shihab dan Firza Husein. Tokoh Front Pembela Islam dan Tokoh Solidaritas Sahabat Cendana. Kita semua menjadi terbagi dalam berbagai kubu dan posisi namun lupa satu hal penting. bagaimana dengan kita sendiri? Apakah mereka berdua dan kita sama atau tidak?

Soal chat ini mungkin banyak dari kita lupa ataukah pura-pura lupa bahwa belum ada kejelasan tolak ukurnya dan saya yakin sebagian besar dari kita menjadikan wahana chat ajang santai lepas dari formalitas. Coba deh kita buka gadget lalu kita buka percakapan chat terakhir yang belum kita hapus lalu kita baca. Ayo pakai tolak ukur etika formalitas percakapan kita ketika di rumah, sekolah dan tempat kerja dengan chat kita. saya yakin sebagian besar dari kita tidak ada yang benar-benar konsisten. 

Contoh nyata ya saya sendiri ketika berhadapan dengan adik dan sahabat-sahabat di chat ternyata sangat jauh dari etika meskipun yah sebutan seperti jenong, botak, ndut maupun kiriman foto-foto memalukan ketika sedang tidur itu bentuk keakraban manusia. kalau istilah jawanya ya guyon, kata-kata parah itu bukan buat konflik tapi buat bahan keakraban saja. apakah pengalaman anda di dunia maya sama?

Masalah akan timbul ketika salah satu dari kita ternyata mempunyai posisi  di dunia nyata dan coba bayangkan apabila chat kita dengan suami, istri, pacar, keluarga, sahabat bocor? atau katakanlah ada orang asing/iseng/lain membuat akun kloningan seolah-olah itu anda dengan suami, istri, pacar, keluarga, sahabat anda membocorkan percakapan aneh, bagaimana reaksi kita? Mungkinkah kasus kita akan berakhir ringan seperti Papa minta Saham dimana pelaku dan penyebar tidak masuk kurungan ataukah kasus kita akan seperti Ariel Luna dimana pelaku dan penyebar semuanya masuk kurungan?

Opsi manapun tidak ada yang enak bukan? penilaian hakim publik diluar meja hijau pengadilan sudah pasti memberikan sanksi sosial yang bisa jadi stempel kita seumur hidup.  Seperti kata pepatah lama gajah dipelupuk mata tak nampak, semut di seberang lautan nampak. kadang kita terlalu asyik dengan orang lain sampai lupa diri sendiri. Solusinya ya kembali kekita sendiri untuk meningkatkan keamanan privasi masing-masing dan hubungan baik kita dengan pihak-pihak yang diajak chat agar tidak sakit hati lalu balik menyakiti kita. 

Sumber

Semarang, 2 juni 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline